Igo
memacu gas motornya di tengah hujan yang sangat deras pagi ini. ia tidak peduli
walau ¾ celananya basah terkena hujan, kaca helm yang sengaja ia buka membuat
mukanya basah kuyup dan nyaris mati rasa saking keras air hujan yang menerpa
wajahnya. Sepuluh menit kemudian Igo tiba di rumah Nanda kekasih hatinya.
“ aduh,yang… kan aku udah bilang jangan jemput. Kamu basah
gini sekarang gimana??” kata Nanda panik.
Igo melepaskan helmnya, mengibaskan rambutnya yang setengah
basah karena kemasukan air hujan. Ia tidak menjawab Nanda.
Nanda mengeringkan wajah Igo yang basah karena hujan, ia
memegang pipi Igo yang dinginnya udah kaya freezer kulkas baru dibeli.
“ tuh kan.. kamu sih aneh- aneh aja.. susah dibilangin..”
omel nanda.
Igo meraih tangan Nanda dari pipinya sambil tersenyum, Nanda
pun tersenyum. Pemandangan yang indah di pagi yang mendung.
“ minta teh anget dong,yang..”
Nanda langsung manyun, dikiranya Igo mau bilang sesuatu yang
bikin suasana tambah oke, eh malah minta teh anget.. Nanda gondok lalu melepaskan
tangan Radit, “ isshh.. emang aku mbok- mbok di warung kopi??”
Igo tertawa sambil melanjutkan mengeringkan rambutnya.
****
Alasan
kenapa Igo tetep menjemput Nanda meski hujan adalah karena hari ini hari
kelulusan mereka dari sekolah menengah atas. Sampai di sekolah suasana sudah
ramai, rencananya upacara kelulusan akan digelar dengan melaksanakan upacara
selayaknya upacara bendera, tapi karena hujan sejak kemarin engga kunjung
berhenti, maka pihak sekolah akhirnya memutuskan untuk melakukan upacara kelulusan
di aula sekolah. Syukurlah, karena persiapan yang mendadak akhirnya upacara
tidak bisa dilaksanakan tepat waktu, Igo dan Nanda pun tidak jadi terlambat.
Sesampainya di sekolah sembari menunggu pengumuman tentang kapan dimulainya
upacara, Igo dan Nanda masuk ke kelas mereka untuk bertemu teman- teman yang
mungkin akan jarang sekali dapat mereka temui setelah ini.
“ woi! Darimana aja lo? Gue cariin daritadi..” sapa Rian,
sahabat Igo.
“ ngapain lo nyariin gue?”
“ gue kan kuatir sama lo, kalo lo kenapa- napa di jalan pas
hujan gini? Lo pikir ada yang bakal lebih sedih dari gue kalo lo kenapa-
kenapa?” acting Rian.
“ aaa.. iya.. maafin aku ya.. aku engga akan ulangin lagi..
janji,, “ balas Igo sambil meraih tangan Rian.
Melihat pemandangan itu, Nanda jadi sepet.. “ heh heh heh..
gue aja engga gitu- gitu amat.. lepas- lepas.. mau nyebrang lo pada hah?”
“ Igo! Siapa gadis ini? kenapa dia lancang ganggu hubungan
kita?”
Nanda makin sepet, “ gue itung sampe tiga.. satu.. dua..”
“ hahahaha.. mari kita sudahi ini semua.. aku bosen harus
ada di pilihan kalian berdua..hahahaha” ledek Igo. Kalo tidak ada Nanda pasti
satu sekolah udah menganggap kalo Igo dan Rian itu homo beneran. Mereka deket
udah kaya sodara, parah deh kalo yang engga kenal sama kedekatan mereka berdua.
Nanda aja panas, apalagi yang lain..
“ anak-
anak! Kalian bisa ke aula sekarang.. upacara akan segera dimulai..” wali kelas
mereka bicara di ambang pintu. Igo, Nanda, Rian dan teman- teman yang lain
segera mengikuti wali kelas mereka. Sampai di aula, ternyata guru- guru masih
belum selesai dengan persiapan mereka. Murid kelas tiga pun akhirnya kembali
ngobrol.
“ Nan, lo akhirnya lanjut kemana? “ tanya Dian anak kelas
sebelah.
“ gue lanjut ke Unair, Surabaya..”
“ oya? Fakultas apa?”
“ kedokteran gigi..” jawab Nanda seraya tersenyum.
“kalo lo, Go?”
“ gue disini aja, gak jauh- jauh. Toh program kedokteran
disini engga kalah bagusnya..”
“ wah.. lo LDRan dong sama Nanda ntar?”
“ ya gitu lah..hehe..” jawab Igo enggan. Ia tidak suka
membahas kenyataan bahwa ia harus berjauhan dengan Nanda mulai dua bulan ke
depan. Nanda yang sudah dipacarinya semenjak satu SMA telah mendampingi
dirinya, begitu juga sebaliknya. Pasti akan berat bagi mereka berdua untuk
menghadapi ini, begitu pikir Igo.
Nanda menyadari Igo tidak nyaman dengan pertanyaan Dian
tadi, ia menatap Igo yang menatap ke
arah tidak beraturan, tanda
sesuatu sedang menganggu pikiran Igo, dan Nanda tau apa itu. nanda
meraih tangan Igo, mencoba menenangkan Igo dengan senyumannya, ia berusaha
mengatakan bahwa engga akan ada hal buruk terjadi sama hubungan mereka selagi
mereka masih saling percaya.
****
Sore
harinya Igo dan Nanda kembali keluar bersama. Tiap akhir tahun ajaran baru,
mereka berdua tidak hanya merayakan keberhasilan mereka naik kelas dengan nilai
yang baik, tapi mereka juga memperingati hari jadi mereka.
“ ma, pa.. Nanda pergi dulu ya,,”
“ jangan malem- malem pulangnya ya, Igo. Nanda masih harus
siap- siap untuk keperluannya di Surabaya..”
Igo mengangguk menyanggupi. Mereka lalu berangkat ke salah
satu café yang telah dipilih oleh Igo untuk merayakan hari ini. sampai disana,
mereka duduk di meja pojok khusus untuk dua orang, Igo tidak ingin momen
penting ini terganggu dengan tatapan mata orang ke arah mereka. Igo dengan manis
mempersilahkan Nanda duduk.
“ happy 3rd anniversary, sayang..” kata Igo
manis.
Nanda tersenyum penuh haru, air mata menggenang di matanya,
ia membayangkan apa tahun depan ia bisa merayakan ini semua dengan Igo? Namun
ia berusaha sebisa mungkin untuk tidak meneteskan air mata. Karena Igo tidak
suka melihatnya menangis, lebih tepatnya itu membuat Igo terluka dua kali
melebihi Nanda.
“ makasi ya.. makasi karena udah dukung aku buat lakuin apa
yang aku suka. Karena banyak temen- temen yang aku liat mesti malah berantem
gara- gara pacarnya mau sekolah jauh.. tapi kamu engga gitu.. entah gimana,
tapi aku beruntung punya pacar yang support aku bener- bener.. makasi ya..”
“ aku pikir aku bukan siapa- siapa yang berhak ngelarang
kamu. Karena mimpimu itu mimpiku juga, mana mungkin aku tega biarin kamu ngubur
mimpi kamu demi aku doang? Aku tau aku bisa kaya cowok- cowok lain, tapi pada
akhirnya, mimpimu lebih penting dari keinginan egois sesaatku.. beberapa kali
aku sempet bilang itu sama diriku sendiri, tapi aku bersyukur kata- kata itu
engga pernah keluar. Sampai batas akhir aku pasti bakal dukung kamu, sayang..”
Nanda tersenyum penuh rasa terima kasih dan rasa cinta
terhadap kekasih di depannya ini, dengan Igo yang seperti ini ia yakin mereka
dapat melakukannya dengan baik. Momen ini digunakan Igo untuk mengikat hubungan
mereka kea rah yang lebih serius, Igo mengeluarkan sebuah kotak yang berisikan
cincin pasangan, sebagai penanda dua tahun hubungan mereka, dan untuk bertahun- tahun lagi hubungan mereka.
“ jangan merasa terbeban dengan cincin ini, Nan. Ini Cuma
tanda hubungan kita, dengan ini aku ngerasa kita bisa sama- sama tiap hari
meski kita jauh. Di masing- masing cincin ini ada nama kita masing- masing. Aku
pengin kamu pake cincin dengan namaku, gitu sebaliknya. Aku ingetin lagi jangan
ngerasa terbeban, aku bukan lagi ngelamar kamu..”
Nanda tertawa kecil namun juga terharu, melihat kekasih
hatinya yang begitu mencemaskan dan peduli akan dirinya., Igo memakaikan cincin
itu ke jari tengah Nanda.
“ kok di jari tengah?” tanya Nanda, maksudnya, mestinya kan
di jari manis.
“ kan aku udah bilang aku bukan lagi ngelamar kamu, nanti
kalo aku lamar kamu beneran, aku pasangin di jari manis..hehe..”
“ hahaha.. dasar.. tapi nanti kalo ospek kan mesti aku
lepasin, hehe..”
“ itu pengecualian, aku juga bakal lepas.. emang aku mau
jadi Romeo mendadak di ospek?” ledek Igo yang dibarengi tawa Nanda. Pasangan
ini terlihat begitu bahagia.
****
Nanda
sudah siap berangkat ke Surabaya
menggunakan pesawat flight pertama, Igo beserta keluarga Nanda ikut
mengantarnya. Nanda melambaikan tangannya saat ia akan masuk ke tempat
pemeriksaan barang penumpang. Igo membentuk hati dari kedua tangannya untuk
melepas kepergian kekasihnya itu, Nanda tersenyum melihat Igo.. saat berbalik
dari Igo dan keluarganya barulah Nanda berani meneteskan air matanya.
3 bulan kemudian..
“ halo,
kamu dimana sayang?” tanya Igo. Waktu menunjukkan pukul sebelas malam waktu
Indonesia tengah tapi Nanda belum juga mengabarinya tentang keberadaan Nanda
sekarang. Tadi sore dia Cuma pamit untuk kumpul di klub fakultasnya.
Nanda menjawab dengan malas- malasan, “ aku udah di kos dari
setengah jam yang lalu..”
“ apa? Kenapa engga bilang- bilang? Aku kan nungguin
daritadi..”
“ something happen, aku lupa sms kamu.. maaf ya,,”
Igo menahan amarahnya, sepenting apa ‘something’ itu sampai Nanda lupa sms dia untuk sekedar
kasih tau kalo dia sampe kos dengan selamat.
“ udahan dulu ya, besok deh aku ceritain gimana tadi
pertemuannya.. aku capek.. nite sweetie..” kata Nanda lalu memutus hubungan
telpon tanpa membiarkan Igo berkata sesuatu.
Besok siang Igo kembali mengumpulkan kesabarannya terlebih
dulu, ia engga mau emosi kalo ngomong sama Nanda, Nanda memiliki perasaan yang
lembut. Ia engga mau sampai kasar atau curiga berlebihan padanya. Igo pun
menekan angka satu, panggilan cepat di Handphonenya untuk Nanda.
Tapi handphone Nanda mendadak tidak aktif, mungkin gak ada
sinyal, batin Igo. Ia mencoba berkali- kali sampai akhirnya tersambung juga
dengan Nanda.
“ halo, Sayang.. sori- sori aku barusan aja selesai
pertemuan yang kemaren. Handphonenya aku
matiin, takut ada yang nelpon, kan engga enak sama senior, aku masih baru..”
“ oohh.. ya udah sayang, gak papa.. trus udah selesai
rapatnya?”
“ belum.. masih break sebentar, makanya sempetin nelpon kamu
dulu..”
“ emang kamu ikut klub apa?” tanya Igo antusias, ia sudah
lupa akan kemarahannya.
“ ini klub mahasiswa dokter gigi seluruh Indonesia, ini
semacem forum yang ngumpulin mahasiswa kedokteran gigi gitu, yang.. lumayan kan
aku bisa dapet banyak ilmu dari senior- senior disini..”
“ hmm.. bagus lah, yang.. seniornya baik- baik?”
“ wah baik- baik banget.. mereka engga yang pelit bagi ilmu
sama junior- juniornya..”
Igo hanya tersenyum mendengar suara riang Nanda, namun tiba-
tiba Nanda memutus pembicaraan mereka karena rapat harus kembali dimulai.
Igo menutup telponnya dengan raut wajah yang sedikit kecewa,
dengan waktu yang sempit kaya tadi, Nanda mungkin lupa menanyakan keadaannya.
Igo mencari kesibukan lain untuk mengalihkan perhatiannya,
ia mencari buku referensi untuk bahan diskusi. Setelah menemukan beberapa buku,
Igo duduk sambil menunggu sms dari Nanda yang memberitahu bahwa ia telah
selesai.
Waktu
sudah menunjukkan pukul 7 malam, dua jam setengah semenjak Nanda terakhir
menelpon. Perpustakaan pun sudah terlihat sepi, Igo pun akhirnya memutuskan
untuk menunggu di rumah aja. Dan setengah jam kemudian Nanda akhirnya sms.
“ yang,, aku udah sampe setengah jam yang lalu.. aku
istirahat dulu ya, tugasnya bikin aku lama- lama jadi gila T.T.. jangan lupa
makan.. love you.” Igo membaca sms itu dengan hati yang kembali harus menelan
kekecewaan. Melelahkan rasanya harus begini setiap hari.
Hari dan minggu berikutnya tidak
jauh berbeda bagi pasangan ini, Igo pengin tau seberapa jauh Nanda akan
bersikap seolah menjauh darinya. Igo sengaja hanya mengirim sms yang tidak
perlu dibalas oleh Nanda, ia ingin tau apakah Nanda menyadari perubahan
sikapnya? Igo hanya menelpon sekali dalam seminggu, berbeda drastis dengan
awalnya yang bisa dipastikan setiap hari. hal ini menyakitkan bagi Igo, tapi
sakit itu belum seberapa bila ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Nanda
ternyata baik- baik saja dengan perubahan sikapnya. Igo memandang cincin di
jarinya, ia memegang cincin itu.. mulai cemas..
Akhirnya malam itu Igo putuskan untuk melakukan hal yang
hanya dilakukan pasangan yang sedang mengalami krisis kepercayaan stadium
lanjut. Awalnya Igo mengirim sms untuk mengingatkannya istirahat cukup, lima
belas menit menunggu namun belum juga ada balasan dari Nanda. Seperti biasanya,
batin Igo. Selama ini Igo terus menunggu Nanda, namun nampaknya sia- sia. Igo
pun akhirnya membuka facebook, ia menuju dinding Nanda. Sebelumnya belum pernah
ia sampai repot mengecek apa saja aktivitas kekasihnya ini di dunia maya..
Igo
melihat banyak wall yang datangnya dari Rio, ia pernah dengar tentang Rio dari
Nanda. Dia senior Nanda di klub yang sedang Nanda ikuti. Isinya tentang klub
yang baru mereka geluti, mengingatkan bahwa akan ada pertemuan yang ditujukan
ke seluruh anggota. Beberapa menit kemudian, Nanda mengupdate status
“ tugas numpuk..
sedikit lagi jadi deh gila..”
Igo kaget dengan status Nanda, dia bisa update status tapi
engga bisa bales sms. Atau smsnya hanya dianggep sms operator yang engga bisa
dibales? Keterkejutan Igo berlanjut lagi saat ia melihat Rio komen di status
Nanda..
“ jangan maksain..
istirahat aja.. J”
Belum sampai satu menit lewat, Nanda membalas lagi dengan
akrabnya. Igo jadi kalap.. ada apa dengan kekasihnya? Kenapa sekarang ia lebih
memilih curhat di facebook ketimbang dirinya? Secepat itukah hatinya berubah?
Lalu dianggap apa Igo yang berusaha untuk menjaga hatinya untuk Nanda? ???
****
Sabtu
malam, jadwal Igo menelpon Nanda.. malam ini ia akan meminta kejelasan tentang
Rio. Sementara Nanda dan Rio tengah berada di sebuah toko buku, mereka pergi
bersama untuk mendapatkan buku yang langsung ditandatangani oleh penulisnya. Saat
mengantre, Nanda mendapat telpon dari Igo, Nanda minta tolong ke Rio untuk
menjaga tempatnya sebentar, Rio menyanggupi.
“ halo.. Nanda.. aku mau ngomong, penting..”
Nanda bingung, “ kenapa, yang?”
“ Rio itu, kamu deket sama dia?” tanya Igo berusaha setenang
mungkin.
“ ehmm.. iya.. lumayan, dia salah satu senior yang paling
baik..” jawab Nanda enteng.
“kamu suka dia?” tanya Igo to the point.
Nanda meradang, tidak terima Igo meragukan kesetiaannya, “
apa? Kamu lagi nanya aku setia apa engga? Gitu maksudmu..?”
“ loh, bukannya gitu.. tapi aku liat lewat fesbuk kemaren,
kayanya kamu deket banget sama dia. Sampe kamu curhat ke dia di banding sama
aku. Bisa kamu jelasin itu?” Igo mulai panas dengan sikap Nanda yang terkesan
menyembunyikan sesuatu darinya.
“ aaa.. jadi kamu udah sempet liat- liat fesbukku sekarang?
Asal kamu tau ya, aku engga suka kalo kamu aja engga bisa percaya sama aku. Aku
tuh berusaha keras buat bisa bertahan, tapi kalo kamu engga bisa percaya aku,
terserah!” bentak Nanda sambil memutuskan hubungan telponnya. Nanda menangis
setelah menerima telpon dari Igo, ia sedih dengan sikap Igo yang seperti itu,
ia merasa tidak ada yang salah dengan sikapnya lalu apa yang membuat Igo
seperti itu?
Beberapa saat kemudian, Rio datang mencari Nanda.
“ kok lama? Ada apa?” tanya Rio. Nanda menghapus air
matanya.
“ loh, kok nangis? Kenapa?” tanya Rio lagi.
Nanda hanya menggeleng, tapi Rio jelas bisa menangkap kalo
ada yang tidak beres dengan Nanda. Perlahan Rio meminta Nanda untuk
meneceritakan kepadanya, kita kan temen, begitu kata Rio. Dan akhirnya Nanda
pun luluh, ia menceritakan keluh kesahnya tentang Igo, ia menceritakan siapa
itu Igo dan bagaimana hubungan mereka akhir- akhir ini. diluar dugaan, Rio
malah mengambil kesempatan ini untuk menjadi ‘malaikat’ bagi Nanda, ia
mengucapkan kata- kata manis yang ingin Nanda dengar, bukan yang seharusnya ia
dengar. Dan apesnya lagi, Nanda termakan dengan kata- kata manis Rio, ia tidak
mencoba menghubungi Igo untuk menjelaskan salah paham ini, padahal Nanda tau
kalau Igo sekararang pasti sedang menunggu telpon darinya.tapi nanda
mengacuhkan itu semua.
Hal
yang sama dilakukan oleh Igo, ia merasa sudah terlalu banyak menguras tenaganya
untuk menyelesaikan masalah ini. Igo semakin frustasi mengingat ini baru enam
bulan semenjak hubungan jarak jauh mereka, Igo tidak mengira masalah sepelik
ini datang secepat ini. Igo memutuskan untuk instropeksi diri terlebih dulu, ia
harus tau apa yang salah dengan dirinya hingga membuat Nanda berubah seperti
ini. beberapa minggu dihabiskan Igo untuk memikirkan hal ini, tidak terasa dua
hari lagi Igo akan menyelesaikan ujian semesternya, ia berencana akan pergi ke
Surabaya untuk meminta maaf secara langsung kepada Nanda. Igo merasa, mungkin
ia terlalu over protektif ke Nanda belakangan ini sehingga membuat kekasihnya
itu merasa terkekang.
“ oo gitu.. jadi lo mau berangkat jumat besok?” tanya Rian,
sahabat Igo yang juga satu fakultas dengannya.
Igo mengangguk, “ gue ngerasa ini bukan sesuatu yang bisa
selesai hanya dengan telpon, apalagi sms..”
Rian mengangguk mengerti, “ lo mau gue temenin bro? yaahh..
sekalian gue jalan- jalan gitu sementara lo sama urusan lo..hehe..”
“ jangan, engga usah.. lagian gue engga tau bakal berapa
lama disana, ntar lo marah ngerepotin gue..”
“ sialan,.!”
“ hahahaha.. ya udah ya, gue mau balik dulu, mau siap-
siap,,”
****
Sampai
di rumah Igo menyiapkan tiket, baju dan uang seadanya. Ia tidak memberi tau
kedatangannya kepada Nanda karena ia ingin membuat kejutan special buat
kekasihnya itu. sementara di tempat lain Nanda tampaknya benar- benar telah
menemukan kesibukannya sendiri, kesibukan yang membuat ia lupa akan salah paham
yang mestinya ia selesaikan dengan Igo. Ditambah lagi Rio selalu ada
disampingnya sekarang, sebagai senior sekaligus teman curhat yang setia ada di
tiap Nanda memerlukannya. Nanda benar- benar terlena akan keadaan nyamannya,
sehingga tidak memikirkan perasaan Igo atau paling tidak hubungannya dengan Igo
yang telah sekian lama dibangun.
Hari
jumat tiba, pukul tiga sore Igo berangkat dengan pesawat, pukul 5 waktu
Surabaya ia akan sampai di kosan Nanda, Igo tersenyum optimis sebelum masuk ke
dalam kabin pesawat. Optimis kalau ia akan membawa hasil manis ke Bali nanti.
Jalanan dari bandara ke kosan Nanda pun nampang lengang, hal ini membuat Igo
malah jadi gerogi, itu artinya tidak lama lagi ia akan bertemu dengan Nanda.
Igo pun berusaha menghubungi Nanda, ditelpon tapi Nanda tidak mengangkat,
setelah di sms beberapa lama barulah Nanda membalas, ia mengatakan bahwa ia
sedang ada di kosan.. Igo tersenyum puas. What a perfect time! Sejuta harapan
dibawa Igo kesana, ia tidak sabar ingin bertemu dengan kekasihnya yang sudah
enam bulan ini ia temui, namun sayang.. bayangan indah dalam benak Igo harus
terpatahkan dengan pemandangan mencengangkan di depan matanya saat ini..
Ia melihat Nanda tengah berpelukan dengan seorang pria!
Siapa dia?! Batin Igo penasaran, ia mengepalkan tangannya
tanda menahan emosinya. Ia berjalan mendekat ke arah sejoli yang sedang
berpelukan itu, ia yakin itu Nanda, tapi ia tidak bisa melihat wajah sang
lelaki, namun sesaat kemudian ia segera tau siapa lelaki yang memeluk
kekasihnya itu..
“ makasi ya Rio..” tandas Nanda perlahan.. Rio hanya
mengangguk manis.
Setelah melepaskan pelukannya, barulah Nanda panik menyadari
Igo tiba- tiba hadir di depannya.
“ I..Ig.. Igoo… kok kamu.. kamu bisa disini?”
Igo diam seribu bahasa menahan amarah, sementara Rio angkat
bicara.
“ ooh.. jadi kamu yang namanya Igo? Kenalin.. Rio..” kata
Rio dengan sombongnya. Igo memandang Nanda yang sedang tertunduk, lalu
memandang Rio dengan tatapan penuh rasa marah. Apa mereka sedang minta semacem
restu darinya? Dimana letak perasaan Nanda saat ini? tidakkah ia lagi memiliki
hati melakukan ini semua kepadanya? Igo sudah tidak tahan lagi, ia datang
kesini bukan untuk mempermalukan dirinya sendiri. Ia menjawab Rio,
“ kenalin.. gue Igo!” dengan cepat ia menonjok muka
menyebalkan Rio, Nanda kaget melihatnya, sementara Rio jatuh tersungkur tanpa
daya setelah mendapat pukulan dari Igo.
“ bangun! I’m just warming up!” kata Igo penuh amarah. Namun
hal itu dicegah oleh Nanda,
“ jangan sayang..” kata Nanda.
“ sayang yang mana yang kamu maksud? Aku? Ato sampah ini?
bangun!” bentak Igo sambil menendang kaki Rio. Rio tidak bisa melawan, ia hanya
terdiam di tanah. Nanda tidak bisa berkata apa- apa lagi, ia menyuruh Rio
pulang dan meminta Igo masuk ke dalam, engga enak diliat orang.
****
“
maafin aku, Go..”
“ berminggu- minggu aku coba buat pikirin apa salahku, aku
pikir aku udah terlalu engga percaya sama kamu makanya kamu bisa kaya gitu
berubah.. dan sekarang aku berniat buat bisa selesein masalah sama kamu.”
“ aku minta maaf..”
“ selama ini aku sadar ternyata aku yang selalu pengin tau
gimana keadaanmu, tapi kamu engga pernah mau tau gimana keadaanku. Aku biarin
diriku hubungin kamu tanpa mikirin kenapa kamu engga pernah hubungin aku, tapi
aku salah udah percaya sama kamu..”
“ Igo.. plis..” Nanda mulai menitikan air matanya.
“ kamu kira ini semua bisa selesai dengan kata plis? Dengan
air matamu?”
“ aku engga suka kalo kamu engga percaya sama aku, aku engga
punya tempat berbagi disini, kamu kira Cuma via telpon aja cukup? Engga cukup
buat aku,”
“ terus kenapa harus dilanjutin kalo tau kamu itu engga
cukup??!” bentak Igo.
“ kenapa engga minta putus waktu hari terakhir kita bareng?
Hah?!”
“ karena aku pikir aku bisa, tapi ternyata aku engga bisa..”
sesal Nanda.
Igo menggelengkan kepalanya tanda tak percaya, “ ternyata
cewek yang aku sayang selama ini kaya gini ya. Kamu engga minta putus sama aku
karena kamu belum nemu orang yang bisa kamu jadiin sandaran gitu?”
Nanda mau menjawab, tapi Igo menyanggahnya duluan.. “ aku
engga bisa mentoleril disloyalty -mu, kesalahan apapun bakal berusaha aku
maafin. Tapi ini, tadi, jelas kenapa aku dateng kesini. Mau kamu apa? Kita
putus?”
“ kalo itu mau kamu..” kata Nanda.
“ jangan bikin keadaan seolah aku yang pingin banget putus!
Jangan coba- coba kurangin rasa bersalahmu sama aku, aku engga akan kepancing,
aku tau kamu. Kamu engga pernah mau nanggung kesalahanmu sendiri!”
Nanda tertegun mendengar penilaian jitu dari Igo, entah
disadari atau tidak oleh Igo, badan Nanda mulai bergetar.
“ aku engga mau lagi nanggung kesalahanmu, so find someone
who will!! Aku pergi!”
“ tunggu!” cegah Nanda, langkah Igo terhenti. Namun ia tidak
mengucapkan apapun, menoleh pun tidak. Akhirnya nanda yang memberanikan diri
menatap wajah Igo.
“ kamu pulang naik apa? Kan kamu baru sampe?”
Igo menatap Nanda heran, “ kenapa kamu nanya? Kamu lupa
beberapa detik yang lalu kita baru aja putus? Kenapa kamu mesti peduli, jangan
peduli sama apa yang aku lakuin. Urus aja kepentinganmu sendiri..” kata Igo
ketus. Nanda tampak kecewa dengan jawaban Igo, Nanda perlahan melepaskan cincin
yang selama ini selalu ia pakai, tanda bahwa ia mencintai Igo setulus hatinya..
“ aku engga pantes lagi nerima ini, Go..” Nanda meraih
tangan Igo lalu menaruh cincin itu ke telapak tangan Igo. Igo menatap kea rah
telapak tangannya, ia mengatupkan telapak tangannya, menggengam erat cincin
itu. namun sesaat kemudian, ia melepaskan genggaman itu yang membuat cincin itu
terjatuh dan menimbulkan suara gemerincing di lantai, Nanda melihat cincin itu
dengan luapan air mata, sementara Igo mencoba menguatkan dirinya,
“ aku juga engga pantes bawa cincin itu..”
Dan begitulah akhir dari hubungan Nanda dan Igo, mereka
melanjutkan hidup mereka masing- masing. Luka yang begitu membekas membuat Igo
menjadi malas buat pacaran, engga peduli lagi dengan perasaan yang begitu
melelahkan itu, perasaan yang hanya indah di awal.. begitu pikir Igo. Ia lebih
baik fokus dengan studinya..
****
Komentar engga penting dari penulis..
Ini gue yang bikin cerita, punya ide cerita sendiri, tapi
kenapa gue juga yang ngerasa nyesek ya pas nulis ini? T.T
Tapi mungkin beberapa di antara kita pernah nemuin saat
dimana disakitin banget sama orang yang kita sayang, ide utama cerita ini
adalah, disaat orang yang udah nyakitin kita dateng lagi disaat kita baru aja
bisa move on, bisakah kita bertahan dengan keadaan move on kita? Atau kita
lebih milih hidup dengan kenangan masa lalu?
Hal ini yang ngeganggu pikiran gue, akhirnya tercetuslah
cerita ini, mudah- mudahan bisa menjawab kegalauan gue sendiri..muahehehe..
Hidup itu emang penu pilihan, entah itu pilihan mudah atau
sulit, tapi satu yang sama, tiap pilihan kita punya konsekuensinya masing-
masing..
Jujur aja gue engga tau gimana ending ini cerita, mungkin
aku bakal rubah pikiranku di part 2..hehe :P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar