Total Tayangan Halaman

Selasa, 09 Oktober 2012

my pain healer final part


Last part!!!!!! ^^
Sebelum mulai kuliah dan jadi males nulis karena mending bikin tugas daripada ngarang cerpen, makanya cerita ini harus aku selesein..muahehehe..
****
                Igo merebahkan diri di tempat tidurnya, memejamkan matanya meski rasa kantuk belum menyapanya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Igo terngiang bayang wajah Nanda di rumah Sandra tadi, kenapa selama ini Igo gak tau kalo Nanda punya sodara sepupu? Dan kenapa Nanda harus muncul sekarang disaat Igo mau mulai membuka lembaran baru bersama Sandra. Igo mengambil notebooknya dan menuliskan sesuatu disana,

I started out to go on with you, but my past suddenly comes. Should I just stop now?

Paginya di kampus, Igo bertemu dengan Sandra.
“ San..” sapa Igo sambil berdiri menyebelahi Sandra.
“ hai, Go.. gimana urusannya kemarin? Beres?” tanya Sandra, kemarin Igo beralasan ada urusan yang sangat urgent, jadi dia harus segera pulang.
“ kemaren Rian pulang jam berapa?” Igo mengalihkan pembicaraan. Jelas ia enggan menjawab.
“ ehm.. engga lama setelah kamu pulang, padahal tugasnya baru selesai setengah.. huhu..”
Igo merasa bersalah pergi begitu saja kemarin, ia tau kalau ia sudah bikin Sandra bingung.
“ kamu sibuk? Kita makan yuk..” tawar Igo.
Sandra nampak salah tingkah dengan ajakan Igo, “ ah? Enggak sih.. mau makan dimana?”
AH!kenapa kata- kata macem itu yang keluar, mestinya cukup jawab ‘boleh’ doang..huhu.. batin Sandra.
“ kamu mau dimana?”
Gak boleh salah lagi! Batin Sandra, “ ehm.. dimana aja,,” jawab Sandra sambil tersenyum manis. Jawaban bagus! Batinnya lagi.
“ oke.. dimana aja yang penting bisa ngobrol..” kata Igo manis.
Di tempat makan mereka ngobrol dengan akrabnya, Igo memanfaatkan waktu berdua saja dengan Sandra, ia senang bisa bersama dengan Sandra, karena dengannya Igo bisa meluapkan perasaannya, kejenuhannya tanpa perlu merasa ada batas. Sikap ramah dan responsif Sandra membuat Igo merasa bebas mengungkapkan apapun. Sebelum pulang, Igo meminta nomor telpon Sandra, selama ini mereka belum tuker- tukeran nomer handphone. Setelah Sandra pulang Igo masih berdiam diri disana, ia mencari jadwal film apa yang lagi diputer di bioskop, sabtu ini ia akan mengajak Sandra nonton.
Sampai di rumah, ada seorang gadis yang tengah mengobrol dengan mamanya.
“ Igo, kamu sudah pulang..” mamanya memberi kode mata kalo ada tamu untuknya.
Igo menanggapinya dengan malas, ia tau itu siapa meski hanya dari belakang. Nanda.
“ ada apa?”
Nanda diam saja, ia harus maklum dengan sikap dingin Igo.
“ aku capek, ada apa?” Igo berusaha menahan emosinya.
“ aku mau ngomong sesuatu, bisa kamu duduk sebentar?”
Igo duduk dengan enggan, ia duduk di sofa yang berbeda dengan Nanda.
“ gimana kabarmu, Go? Aku denger kamu punya banyak pencapaian di kampus..”
Igo tidak menjawab, “ aku kesini dateng untuk minta maaf..”
Igo menatap Nanda dalam- dalam, ada gejolak dalam hatinya mendengar perkataan Nanda.
“ maaf.. karena aku udah nyakitin kamu, aku pacaran sama cowok lain di belakangmu. Aku sadar itu salah, tapi aku baru sekarang berani minta maaf ke kamu. “
“ sekarang,, kenapa sekarang baru kamu muncul di hadapanku? Ato perlu waktu selama itu untuk nyesel sama perbuatanmu?”
Nanda menggeleng, “ udah lama aku ngerasa neyesel, aku hancur.. hubunganku sama Rio juga engga bertahan lama, yang aku punya sama Rio bukan cinta..”
“ dan setelah aku sadar, aku baru nyesel siapa yang udah aku kecewain..” isak Nanda.
Igo melihat air mata Nanda, mendadak dadanya sesak, ia masih tidak tega melihat Nanda menangis, “ jangan nangis, aku engga suka liatnya..”
“ kalo kamu dateng kesini untuk minta maaf, kamu udah lakuin itu. silahkan pulang kalo udah engga ada yang lain..”
“ aku mau bilang satu hal lagi..”
                “ tolong kasi aku satu kesempatan lagi, aku tau ini malu- maluin, tapi aku pengin punya satu kesempatan lagi untuk memperbaiki kesalahanku..”
“ kesempatan?”
“ aku selalu coba untuk lupain kamu, tapi kenangan yang aku punya sama kamu terlalu banyak untuk bisa aku lupain gitu aja, aku lebih milih memperbaiki semuanya sekali lagi.”
Igo tidak sengaja melihat cincin mereka yang masih dikenakan Nanda, “ kenapa kamu masih pake cincin itu? bukannya kamu engga mau lagi pake?” Igo mengorek masa lalu mereka.
“ aku masih simpen ini karena aku masih berharap bisa dapet kesempatan dari kamu..”
****
                Igo masuk ke kamar dan memikirkan kata- kata Nanda. Munculnya Nanda setelah sekian lama sanggup membangunkan memori- memori yang telah Igo tinggalkan. Hubungan yang telah mereka jalin begitu lama, saat- saat senang dan sulit yang sudah mereka jalani bersama. Igo kembali teringat cincin yang masih Nanda kenakan, Igo mengeluarkan kalung dari balik bajunya.
Aku juga masih punya cincin itu, Nan.. batin Igo. Ia mulai goyah.
Kegundahan hatinya membawa Igo pada Sandra,
“ San.. udah tidur?” kata Igo lewat telpon.
“ belum.. kenapa?”
“ bisa ketemu?”
“ hah? Sekarang? Udah malem..”
“ kamu mau gak?”
Sandra berpikir sejenak, “ mau sih.. tapi..”
“ ya udah, turun.. aku di taman deket rumahmu..”
Sandra kaget, ia buru- buru mengambil jaketnya untuk bertemu dengan Igo, tak lupa ia menyisir rambutnya dan menyemprotkan sedikit parfum #girls -.-“
Sampai di taman, ia melihat Igo di prosotan, Sandra datang menyebelahinya.
                “ ada apa nih malem- malem?” tanya Sandra sambil tersenyum. Senyum itu, senyum yang membawa Igo kesini malam ini.
“ aaaahhhh..” Igo meregangkan tubuhnya, “ udah lama juga gak kaya gini..”
Sandra tertawa, “ ya iyalah, kalo sore kamu kesini,bisa dimarain penjaga komplek..”
Igo menatap Sandra, Sandra pun demikian, “ kenapa?” tanya Sandra.
Igo tidak bisa lagi menyembunyikan kegundahan hatinya, ia meraih tangan Sandra yang berada di saku jaket. Sandra kaget dengan sikap Igo, Igo memegang tangannya begitu erat, seolah enggan melepaskannya. Sandra ingin menanyakan apa yang terjadi, namun ia urungkan niatnya saat ia melihat Igo tengah menatap langit dengan mata terpejam..
“ jangan liatin aku,,” kata Igo masih dengan mata terpejam, Sandra jadi salah tingkah karena ketauan, ia pun ikutan melihat langit dengan tangannya yang masih digenggam oleh Igo. Sekarang gentian Igo yang memandangi Sandra yang sedang memandangi langit #nahloh, trus langit mandangin siapa?hehe.. :P
“ San..” Sandra menoleh.
“ maaf..” kata- kata itu akhirnya keluar. Sandra bingung untuk apa Igo minta maaf?
“ maaf karena aku pulang buru- buru waktu itu, maaf karena minta kamu keluar malem- malem gini..” Sandra bingung, untuk itukah Igo memanggilnya.. Igo mengangguk sambil tersenyum.
“ udah malem, pulang sana..” Igo melepaskan genggaman tangannya.
“ apa? Iihh kalo gitu kenapa engga telpon aja sih? Aneh- aneh aja kamu ah,”
Igo tersenyum melihat Sandra, “ udah, pulang sana.. sampe ketemu besok..” kata Igo, ia melihat kepergian Sandra dengan tatapan nanar.
“ maaf.. karena aku engga bisa bilang yang sebenernya sama kamu, maaf karena aku belum sanggup dateng ke rumahmu sekarang..” Igo mengucapkan maaf yang sesungguhnya.
                Igo berhasil mengajak Sandra untuk nonton bareng, Igo janjian untuk langsung ketemu Sandra di bioskop.
“ mau kemana, San?” tanya Nanda.
“ mau nonton kak..”
“ sendirian aja?” Nanda bertanya bermaksud untuk ikut, ia bosen di rumah seharian.
Sandra membantah, “ ah enggak, sama temen..”. Nanda mengurungkan niatnya untuk ikut. Ia takut akan jadi canggung dengan temen Sandra yang engga ia kenal..
                Sampai di bioskop, Igo sudah tiba lebih dulu, ia menawarkan apa ia mau membeli popcorn dan Sandra mengatakan biar ia saja yang antre. Selagi mereka antre, berbunyilah ponselnya Igo. Nanda. Igo kaget bukan kepalang kenapa Nanda tiba- tiba menelponnya, ia berniat tidak mengangkatnya tapi Sandra memandangnya dengan aneh, udah tau bunyi tapi kok dibiarin? Tanya Sandra padanya. Igo akhirnya terpaksa mengangkat supaya Sandra tidak curiga.
“ kamu lagi dimana, Go?”
“ Ada perlu apa?”
“ ah enggak, kalo kamu lagi engga sibuk, aku pengin ketemu..”
“ aku sibuk, engga ada waktu sekarang..”
“ kalo gitu kapan?”
Igo yang sedang menerima telpon di sebelah Sandra tiba- tiba disenggol oleh Sandra.
“ kamu mau yang butter ato caramel?” Sandra menanyakan popcorn Igo. Igo menjawab yang butter.
“ kamu lagi nonton? Sama siapa?” Nanda mulai curiga. Igo tidak menjawab pertanyaan Nanda, ia menutup telponnya lalu mematikan handphonenya.
Sementara di rumah Nanda mulai curiga, Sandra juga lagi keluar Nonton, tunggu dulu.. Sandra sama Igo juga temenan, apa mungkin?? Nanda mulai resah.
                Malam itu Nanda sengaja menunggu kepulangan Sandra, siapa tau Igo mengantar Sandra sampe ke rumah. Tapi tidak, karena Sandra bawa motor sendiri..
“ kak, kenapa disini?” tanya Sandra yang melihat kakak sepupunya di meja makan sendirian.
“ ah tadi habis minum.. kamu nonton sama siapa sih tadi? Sama temenmu yang kemaren itu?”
Sandra mengangguk, Nanda tertegun. Benar, pasti Igo nonton dengan Sandra. Mungkinkah Igo menaruh perasaan pada Sandra?

#jawaban penulis: IYA!PERGI SANA! SYU SYU..
Kecurigaan Nanda menggugah dirinya untuk menyelidiki lebih lanjut ada hubungan apa antara Sandra dengan Igo? Ada perasaan tidak rela di hati Nanda. Ia sengaja minta tidur bareng di kamar Sandra, setelah Sandra tertidur, ia mengecek handphone Sandra, ia memeriksa sms- sms yang dikirimkan oleh Igo, sms paling banyak dikirimkan oleh Igo. Saat Nanda tengah memeriksanya, sms dari Igo masuk.
“ good night, have a nice dream J “ Nanda yang membaca sms itu semakin yakin kalau ada apa- apa diantara Sandra dan Igo, belum lagi sms- sms yang isinya perhatian Igo untuk Sandra dan begitu sebaliknya. Nanda merasa ia tidak bisa tinggal diam, ia tidak mau kehilangan kesempatan begitu saja untuk kembali menjalin hubungan dengan Igo. Ia mengajak Igo untuk bertemu di sebuah kafe.
****
                “ aku kasi kamu waktu untuk mikirin pertanyaanku..” kata Nanda.
“ tentang kesempatan yang kamu minta, ,” Igo tidak langsung menjawab, ia melepaskan kalung yang selama dua tahun ini selalu ia kenakan. Nanda kaget melihat Igo masih memiliki kalung ini, ternyata bukan hanya dirinya. “ ini jawabanku..” kata Igo.
“ maksud kamu?”
“ aku punya seseorang yang aku cintai sekarang, demi dia aku lepasin kalung ini, lepasin kamu selamanya.. jadi kesempatan yang kamu minta, aku engga punya kesempatan itu, kamu juga.”
Nanda menahan emosi dan air matanya, “ Sandra.” Igo menatap tajam Nanda.
“ dia yang kamu maksud kan?” Igo diam tidak menjawab. It’s a yes.
“ aku engga tau kalo di sepupumu, kalopun aku tau aku engga akan lari, karena aku cinta sama dia. Sama dia, aku jadi diriku sendiri. Aku engga sampe melakukan pengorbanan yang sia- sia kaya yang aku lakuin buatmu dulu.” Igo merobek lagi luka dalam hatinya.
“ kamu pikir kamu bisa lupain aku gitu aja? Lupain kita gitu aja?”
Igo menggeleng, “ aku engga akan lupain itu, itu pelajaran yang berharga. Engga akan aku lupain, supaya aku engga terjebak sama orang yang sama lagi.”
“  jadi kamu milih Sandra sekarang?” Igo mengangguk dengan pasti. Ia yakin akan hatinya sekarang.
Nanda dibuat kecewa dengan sikapnya Igo, “ oke.. kalo itu maumu,” Nanda pergi meninggalkan Igo dan kalungnya di meja.
“ akan aku buat kamu nyesel sama keputusanmu,,” bisik Nanda setelah jauh dari Igo.
                Nanda pergi ke kamar Sandra, dengan wajah sedih ia datang kepada Sandra.
“ San.. aku mau ngomong sesuatu..” isak Nanda. Sandra kaget melihat kakak sepupunya menangis padanya tiba- tiba.
“ loh kak, kenapa? Duduk kak, duduk.. pelan- pelan,” jawab Sandra dengan polosnya.
“ aku minta maaf, maaf karena aku engga bisa ngomong ini dari awal..”
“ kenapa kak? Ada apaan?”
Akhirnya keluarlah semua dari mulut Nanda, ia tau cepat ato lambat Igo pasti akan mengatakan kenyataan ini pada Sandra, sebelumnya, ia harus lebih dulu mengatakan yang sebenarnya. #licik.
Sandra tertegun mendengar semua itu, apa? Jadi Igo dan kak Nanda sudah saling kenal? Bahkan mereka pernah pacaran selama dua tahun! Apa ini? kenapa Igo engga bilang apa- apa padanya?
Nanda meninggalkan Sandra begitu saja setelah menceritakan kenyataan mencengangkan kepada Sandra. “ gue engga bisa dapetin elo, elo juga engga boleh dapetin Sandra” gerutu Nanda dalam hati. sementara di dalam kamar Sandra masih mencerna kata- kata Nanda, esok harinya, tanpa sepengetahuan Igo, Sandra mengajak Rian bertemu untuk mengkonfirmasi kata- kata yang dikatakan Nanda padanya. Setelah meyakinkan Rian untuk tidak menutupi apapun, Sandra menanyakan kebenaran tersebut.
“ UHUK UHUK!!!” Rian terbatuk mendengar kata Nanda dan Igo disebut secara berdampingan. Sandra menatap Rian lekat- lekat.
“ jadi bener yang dibilang kak Nanda, kak?” Rian mengatur nafasnya.
“ ehem..” wajahnya berubah serius. “ iya.. itu semua bener. Mereka emang pernah pacaran. Selain gue, Nanda itu belahan jiwanya Igo.” Jelas Rian tepat pada sasaran. Air mata menggenang di mata Sandra. Belahan jiwa?
“ apa yang mau lo lakuin?” tanya Rian, Sandra terdiam, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia mengejar Igo atau melepaskannya? Sandra menanyakan kenapa mereka sampe putus, Nanda hanya mengatakan kalau Igo meinggalkannya begitu saja.
“ apa? Gitu aja? Waah.. amnesia tuh cewek,” Sandra menatap Rian bingung. Rian menjelaskan akibatnya kenapa.
“ pengkhianatan itu hal yang gak termaafkan di hubungan macem apapun..” tandas Rian. Sandra semakin shock mendengar kenyataan itu, begitukah luka yang dirasakan Igo selama ini? mengapa tak terpintas sekalipun di wajah Igo? Ia tidak tau seberat apa yang Igo rasakan.
“ trus Igo, apa dia masih cinta sama kak Nanda?”
“ kalo itu, lo tanya sendiri aja ya sama Igo. Itu bukan urusan gue buat jawab.. tapi gue kasi clue. Lo tuh obat sakit hatinya Igo banget.. tolong jangan biarin dia sakit untuk yang kedua kalinya. Gue sebagai sahabatnya bakal kelimpungan buat ngadepin dia lagi kaya dua taun lalu..”
****
                Setelah bertemu dengan Sandra, Rian langsung menginfokan semuanya pada Igo tanpa satu katapun yang terlewat. Igo tau ia harus bertindak sekarang, sebelum Nanda semakin engga masuk akal dan Sandra makin sakit karenanya. Igo menghubungi Sandra berkali- kali, telpon, sms, tapi tak satupun yang dijawab Sandra. Ia bukannya tidak tau Igo menghubunginya, ia baca semua sms yang dikirimkan Igo, tapi ia tidak tau harus menjawab apa, ia takut salah bicara dan keduanya akan jadi semakin menjauh. Igo jadi gelisah dengan sikap diam Sandra, dulu Nanda juga bersikap seperti ini, saat sebelum hubungan mereka berakhir.
Sementara Sandra di dalam kamarnya mencoba menenangkan pikirannya, terngiang kata- kata di otaknya.
Terbayang saat Igo meraih tangannya untuk pertama kalinya, ia mengatakan “ maaf..” Sandra tau sekarang apa maksud perkataan maaf itu..

“ sebenernya aku sama Igo pernah dua taun pacaran, aku engga tau kenapa dia tiba- tiba pergi ninggalin aku,,” kata- kata Nanda yang kini terdengar seperti bualan di telingan Sandra.
tolong jangan sakitin dia untuk yang kedua kalinya..” pesan Rian membuat Sandra semakin Gundah.

Berada di samping Igo dengan bayang- bayang Nanda, bukankah itu akan membuat Igo terluka? Bukankah itu seperti membuatnya jalan terpincang selamanya?

Ia merasa bersama Igo akan membuat Igo menekan perasaannya karena ada Nanda di tengah mereka, tapi tidak bersamanya akan membuat Sandra terluka. Haruskah ia memilih siapa yang harus ia sakiti?
                Beberapa hari Sandra tidak masuk kuliah, Igo mencari tau keberadaan Sandra. Teman- temannya mengatakan beberapa hari ini Sandra sakit. Mendengar itu, Igo semakin khawatir dibuatnya. Ia ingin ke rumah Sandra, tapi ada Nanda. Ia yakin Nanda tidak akan membiarkan mereka berdua tenang, ia tau karena Nanda bahkan menyembunyikan part selingkuh di depan Sandra, itu artinya dia punya niat tersendiri di balik ini semua. Tapi Igo tidak kehabisan akal, ia mengirimkan makanan, bunga, surat ke rumah Sandra setiap harinya secara bergantian. Tapi semua pesan itu tidak pernah sampai ke Sandra, tidak akan sampai selama masih ada Nanda disana.
“ dia bahkan engga melakukan apapun walau tau kamu sakit, dia engga berubah..” bual Nanda menghibur Sandra yang lemah terbaring di tempat tidur, karena banyak pikiran Sandra jadi sakit. Mendengar hal itu membuat Sandra bertambah sedih, ia meneteskan air matanya dalam tidurnya.
Igo pun demikian, dalam suratnya, dalam smsnya, ia meminta Sandra untuk memberinya kesempatan untuk bicara dan bertemu dengan Sandra. Hanya kalau Sandra memintanya ia akan datang ke rumah Sandra, ia tidak akan peduli dengan Nanda lagi. Begitu tulisnya di surat yang engga pernah sampai itu.
****
                Hari ini Rian sengaja datang ke rumah Sandra atas permintaan Igo. Rian akan melihat sikon di rumah Sandra dulu, sebenarnya Igo sudah ingin datang kesana tanpa peduli dengan Nanda, tapi Rian melarangnya, takut masalahnya bakal jadi rumit diantara mereka bertiga, ujungnya malah Rian lagi yang bingung mau belain siapa, habis semua sohibnya juga.
Sampai di rumah Sandra, suasana tampak sepi, Rian bertemu dengan mamanya Sandra.
“ Rian.. ada perlu apa?” mamanya Sandra nampak berpakaian rapi dan siap untuk meninggalkan rumah.
“ tante? Mau kemana kok rapi amat?” Rian tidak menjawab pertanyaan tantenya.
“ tante mau ke rumah sakit, nih bawain baju gantinya Sandra..”
“ loh, Sandra kenapa tante?”
“ dari empat hari yang lalu dia di opname di rumah sakit, gejala tipus.. kalo mau, kamu jenguk sekalian aja..” tawar mamanya Sandra.
Rian pengin ikut, tapi ia urungkan niatnya. Ia takut Sandra akan jadi tertekan kalo melihatnya, ia takut kalo Sandra jadi sedih karena Igo tidak ikut bersamanya,
“ ehm.. besok aja lah tante, saya masih ada janji dulu.. saya pulang ya kalo gitu tante..” pamit Rian.
Saat ia mau keluar dari pintu pagar rumah Sandra, ada truk sampah yang sedang mengambil sampah di depan rumah Sandra. Setelah truk itu pergi barulah Rian keluar, dengan tidak sengaja didapatinya sepucuk surat yang sepertinya tertinggal dari sampah- sampah yang sudah dibawa. Rian membuka surat itu, ternyata itu dari Igo!!!! Apa- apaan ini? masa iya Sandra tega buang ini semua di tempat sampah? Engga tau kah dia kalo ini semua ungkapan perasaan Igo?
“ men! Gawat nih bahaya!” Rian menelpon sahabatnya itu.
“ kenapa?” Igo panik.
“ gue ke rumah lo sekarang.”
                                “ kenapa, Yan?” tanya Igo saat Rian sampai di rumahnya.
Rian mengatur nafasnya, “ lo mau denger yang mana duluan? Berita buruk ato berita yang sangat buruk?”
Igo berpikir sejenak, “ hm.. yang sangat buruk dulu..” ia cemas.
“ gue engga tau mana yang lebih buruk, jadi lo dengerin gue aja. Pertama, ini..”
Rian meletakkan surat yang ia temukan tadi di meja tamu. Igo menatap surat itu dengan heran, ia menatap Rian penuh tanya.
“ barusan di rumah Sandra, gue temuin surat itu jatuh di depan rumahnya Sandra, kayanya asalnya dari tong sampah, surat ini engga kebawa sama truk sampahnya,”
Igo membaca surat itu, benar! Itu suratnya untuk Sandra, tapi kenapa bisa ada di tempat sampah?
“ kenapa Sandra malah ngebuang ini semua?” Igo heran.
Rian menyela, “ men, pas gue temuin itu tadi, lemnya bahkan belum kebuka. Artinya surat itu dibuang tanpa pernah dibaca.. kemungkinannya Cuma dua,”
Igo menatap Rian, “ satu, Sandra emang engga mau baca dan gak mau tau. Dua, Sandra engga pernah tau kalo surat ini pernah ada.”
Igo langsung terhenyak, “ Nanda?” kata Igo lirih. “ mungkinkah?”
                “ tunggu dulu, gue belum selesai.. berita berikutnya, Sandra sekarang dirawat di rumah sakit. Dia kena gejal tipus.” Tandas Rian.
Mendengar wanita yang dicintainya berada di rumah sakit kemungkinan besar karena dirinya Igo jadi kalap, pikiran yang tak keruan dan rasa khawatir yang amat sangat menghinggapi dirinya.
“ gue pinjem mobil lo!!” kata Igo langsung mengambil kunci mobil Rian.
“ heh gue gimana?!” Rian cemas.
“ di kamar gue aja!” Igo sudah menyalakan mesin mobil Rian.
****
                Igo memacu mobilnya di tengah kota Denpasar, ia ingin secepatnya sampai di rumah sakit. Namun sebelum ia ke rumah sakit, ia ke toko bunga untuk memastikan sesuatu.
Sampai di rumah sakit, Igo ke meja resepsionis untuk menanyakan kamar Sandra, bersamaan dengan itu datang pula pesanan bunga yang baru saja ia pesan di toko bunga tadi, pengantar bunga itu tidak tau kalau Igo yang memesan bunga itu, ia juga menanyakan dimana kamar atas nama orang yang ada di bunga ini. mereka berdua ada di dalam lift yang sama, namun saat pintu lift terbuka, Igo sengaja membiarkan pengantar bunga itu jalan duluan sementara Igo mengintip dari tembok dari balik lorong kamar Sandra.
“ mbak.. saya mau anter bunga ini..” kata mas- mas itu.
“ ooh iya, biar saya aja.. pasiennya lagi istirahat..” balas gadis itu, dia Nanda.
Setelah pengantar bunga itu berlalu, Nanda melihat bunga dan nama yang tertera di bunga itu dengan tawa licik penuh kemenangan, Nanda hendak membuang bunga itu ke tempat sampah.
Ini yang mesti gue pastiin!! Batin Igo, ia menghampiri Nanda, menahan tangannya yang akan membuang bunga itu ke tempat sampah.
Nanda tampak terbata melihat Igo yang kini ada di hadapannya, “ I.. Igoo..”
Igo begitu emosi dibuat oleh Nanda, ia menarik Nanda ke tempatnya tadi.
“ lo.. apa harus lo bertindak sejauh ini? harus sampe sejauh apa lagi? Hah??!!!” Igo membentak Nanda.
Nanda menunduk sebagai reaksinya atas amarah Igo.
“ kenapa lo diem sekarang? Ngomong, lo mau gue ada di depan lo kan?”
Nanda mencoba berkilah, “ gue engga ngerti kenapa lo begitu marahnya Cuma gara- gara bunga..” Nanda masih betah berbohong.
Igo mengeluarkan suratnya dengan penuh amarah, “ Cuma bunga? Liat nih!!” Nanda tidak bisa berkata apa- apa lagi.
“ lo bilang Cuma bunga aja? Haruskah lo ngorbanin perasaan Sandra demi ego lo?” bentak Igo lagi sambil melempar surat itu hingga jatuh ke lantai. Nanda menatap surat itu sejenak,
“ iya! Kenapa? Lo gak tau gue bisa bertindak sejauh mana lagi? Lo pikir gue hanya akan berenti disini? Kalo gue engga bisa dapetin lo, maka engga ada yang boleh! Terlebih lagi Sandra!”
“ lo, apa yang bikin lo kaya gini?” Igo sudah kehabisan kata- kata.
“ Sandra mungkin ngerasa dia cinta sama lo, tapi gue, dia jelas lebih percaya sama gue dibanding sama lo! Gimanapun gue sodara sepupunya.. lo pikir bisa menang lawan gue?”
“ please, stop..” Igo memohon pada Nanda.
                Tiba- tiba dari balik tembok itu, ada yang memungut surat yang terjatuh di lantai itu. Sandra. Igo yang berdiri menghadap Nanda bisa melihat Sandra yang jongkok mengambil  surat itu.
“ Sandra..” ucap Igo lirih. Nanda menoleh kaget ke arah Sandra, “ San.. Sandra..”
“ kakak.. kenapa kak? Kenapa?” Sandra menangis, ia ternyata mendengar semua pengakuan tidak langsung yang diucapkan oleh Nanda. Ia berlari meninggalkan Nanda dan Igo, ia masuk ke dalam lift. Igo langsung mengejar Sandra tanpa lagi mempedulikan Nanda. Igo ikut masuk ke dalam lift, ia tidak berhasil ada di lift yang sama, maka ia melihat angka nomor berapa yang ada di monitor lift, ia mencari Sandra di semua lantai. Namun ia tidak menemukan Sandra dimanapun, Igo ingat ada satu tempat yang belum ia cari. Loteng!
****
                Sandra menangis, ia didera sedih yang teramat dalam karena telah dibohongi oleh kakak sepupunya sendiri. Kenapa? Kenapa? Kenapa? Itulah kata- kata yang tertulis di benaknya. Ia menggenggam erat surat yang ada di tangannya. Ia membuka surat itu..
“ emang engga semua bisa diungkapkan dengan kata- kata, tapi itu lebi baik daripada engga bisa mengungkapkan perasaan sama sekali..
Itu yang kamu bilang ke aku, aku mulai menulis, kamu tau, aku mulai nulis.. dan kamu bener.. aku merasa jauh lebih baik setelah nulis..
Apa karena aku kamu sakit? Ya, aku tau pasti karena aku. Haruskah aku dateng? Atau haruskah aku engga dateng?
Entah berapa kali aku menahan kakiku untuk engga berlari ke kamu,
Hanya minta aku dateng, maka aku akan lepasin semua dan hanya lakuin apa yang kamu minta..”
Air mata tak tertahan turun dari pelupuk mata Sandra, ia merasakan sakit yang teramat sangat di dadanya, inikah yang selama ini terjadi? Benarkah selama ini Igo menanti dirinya untuk meminta Igo datang dan menemuinya?
Tapi apa yang ia lakukan selama ini? ia malah menyangka Igo tidak peduli pada dirinya. Apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia berlari pada Igo sekarang?
Sandra berbalik, ia akan mencari Igo saat ini juga.
Namun langkahnya terhenti, Igo sudah berhenti terengah di depan pintu darurat.
“ Igo..” kata Sandra lirih.
Igo menatap nanar Sandra, ia sedih, sekaligus senang melihat Sandra saat ini. setelah sekian lama ia harus menahan dirinya atas alasan yang tidak seharusnya. Igo kembali berlari ke arah Sandra, Igo memeluk Sandra erat..
Sandra kembali menangis, mendengar isak tangis Sandra, Igo ikut menitikkan air mata lalu memeluk Sandra lebih erat lagi.
“ maafin aku..” kata Igo dengan tulus.
Sandra menggeleng, “ maafin aku..”
                Keduanya lalu duduk bersama, “ aku minta maaf engga bisa ngomong jujur sejak awal. Engga seharusnya aku bikin kamu ngerasain apa yang aku rasain dulu.. maaf karena aku jadi pengecut..”
“ aku juga seharusnya tau kamu engga akan nyakitin aku, maaf karena aku sempet ragu sama kamu..”
Mereka bertatapan sambil tersenyum satu sama lain. Akhirnya salah paham ini terselesaikan juga.
Igo meraih kalung yang berisikan cincin itu, ia melepaskannya. Sandra memandangnya dengan heran.
“ apa itu?” tanya Sandra. Igo menceritakan kisahnya pada Sandra, kali ini full version, tidak ada bagian yang dikurangi demi kepentingan Igo sendiri. Setelah mendengar itu semua dari Igo, Sandra merasa lega seolah semua pertanyaan dan keraguannya sudah terhapuskan semuanya.
“ bukan karena ini aku goyah saat ada Nanda dan kamu, tapi aku goyah karena kelemahanku sendiri, karena aku engga berani mencintai kamu kaya aku mencintai Nanda dulu, makanya sekarang..” Igo melempar kalung itu jauh- jauh dari lantai paling atas. Sebagai tanda ia telah siap untuk membuka halaman baru bersama Sandra.
“ makasi ya, kamu dateng untuk bikin aku sanggup memulai semua dari awal..” Sandra tersenyum mendengar itu, ia meletakkan kepalanya di pundak Igo.
“ mulai sekarang, percaya Cuma sama aku.. jangan percaya sama yang lain..” Sandra mengangguk.
“ kamu inget waktu aku jatuh trus kamu ngobatin aku?” Igo mengangguk ingat.
“ waktu itu kamu nungguin aku, katanya kamu mau nunggu sampe lukaku kering. Aku udah putusin, aku pun akan nunggu sampe lukamu bener- bener kering. Selama itu aku akan ada di sampingmu.. jadi jangan sakit sendiri..” pinta Sandra.
“ aku udah engga sakit lagi, selama ada kamu di sampingmu, aku percaya kenanganku sama kamu sanggup menghapus kenangan burukku dulu.. “
Sandra kembali mengurai senyumnya, mereka menikmati indahnya matahari terbenam bersama..
 satu tahun berlalu..
                Igo mencoba menghubungi Sandra, kekasihnya.. Igo tengah berada di desa terpencil, ia mengadakan pengobatan gratis disana selama beberapa bulan. Selama itu juga ia tidak bisa bertemu dengan Sandra, begitu pula sebaliknya. Sementara Igo jauh, Sandra juga memulai kesibukannya sebagai ketua klub di fakultasnya, hal ini membuat komunikasi mereka tidak selancar biasanya. Kembali kenangan masa lalu membawa Igo pada pikiran yang aneh- aneh, mungkinkah apa yang ia alami dengan Nanda akan terjadi lagi? Ah tidak mungkin.. ia percaya seratus, tidak, seribu persen pada Sandra.
“ ck.. kenapa telponnya engga aktif.. apa karena ujan ya? Haduhh..” keluh Igo, tinggal di desa terpencil ditambah lagi dengan cuaca buruk membuat rasa stressnya naik jadi tingkat dewa.
“ dokter, masih ada pasien yang datang, tapi sudah jam tutup.. gimana dok?” tanya salah satu asistennya. Igo sebenernya risih dengan panggilan dokter, ia bahkan belum sarjana. Tapi orang di desa ini selalu memanggil ia dengan sebutan itu meski berkali- kali ia coba jelaskan.
“ berapa lagi?” tanya Igo.
“ masih ada tiga lagi..” katanya.
“ empat!” kata satu suara lelaki.
“ lima!!” kata satu suara perempuan. Igo berbalik ke arah suara itu. dan betapa kagetnya dia saat melihat ternyata pasien ke empat dan kelimanya adalah Rian dan Sandra yang datang membawakan beragam makanan untuknya.
                “ hey pak bro!!! apa kabar lo? Bentar lagi disini, bisa jadi tukang kambing lo..hahaha..” ledek Rian. Sandra tersenyum menyaksikan pacarnya dalam balutan jubah dokter.
“ kasi saya waktu 15 menit, enggak, 10 menit aja.. saya handle mereka..” pinta Igo.
Igo senang sekali melihat Sandra dan Rian disana, terutama Sandra. Pergilah semua bayangan buruk yang sempat lewat di pikirannya, Igo langsung memeluk Sandra.
“ aku tau kamu bisa menghapus semuanya..” bisik Igo. Sandra tidak mengerti betul dengan maksud Igo.
“ apa? Maksudmu?” tanya Sandra.
“ enggak..” sela Igo, biar dia saja yang tau.. “ eh, bawa apa aja?”
“ banyak bro.. lo kenapa engga sekalian titip supermarket aja sama kita?” kata Rian.
“lo bahkan Cuma meluk Sandra..” keluh Rian yang langsung disambut dengan pelukan Igo.
Sandra tertawa terbahak melihat tingkah dua orang ini, mereka bertiga pun menikmati kebersamaan di tengah derasnya hujan,,
****
Komentar lagi.. yang terakhir,, sumpah..hehe..
Akhirnya selesai juga, lewat cerita ini udah jelas apa yang aku anggep bener. Move on itu wajib hukumnya! Dan bertahan meski masa lalu kadang suka resek itu adalah resiko yang bakal kita hadapi saat kita mau move on. Kita engga bisa atur siapa- siapa aja yang masuk dalam hidup kita, jadi kita harus pinter- pinter milih siapapun dalam bergaul, orang yang baik ada di sampingmu adalah ketika mereka engga membawamu ke arah yang buruk.. ^^



2 komentar: