Last part!!!!!! ^^
Sebelum mulai kuliah dan jadi males nulis karena mending
bikin tugas daripada ngarang cerpen, makanya cerita ini harus aku
selesein..muahehehe..
****
Igo
merebahkan diri di tempat tidurnya, memejamkan matanya meski rasa kantuk belum menyapanya,
padahal waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Igo terngiang bayang
wajah Nanda di rumah Sandra tadi, kenapa selama ini Igo gak tau kalo Nanda
punya sodara sepupu? Dan kenapa Nanda harus muncul sekarang disaat Igo mau
mulai membuka lembaran baru bersama Sandra. Igo mengambil notebooknya dan
menuliskan sesuatu disana,
I started out to go on
with you, but my past suddenly comes. Should I just stop now?
Paginya di kampus, Igo bertemu dengan Sandra.
“ San..” sapa Igo sambil berdiri menyebelahi Sandra.
“ hai, Go.. gimana urusannya kemarin? Beres?” tanya Sandra,
kemarin Igo beralasan ada urusan yang sangat urgent, jadi dia harus segera
pulang.
“ kemaren Rian pulang jam berapa?” Igo mengalihkan
pembicaraan. Jelas ia enggan menjawab.
“ ehm.. engga lama setelah kamu pulang, padahal tugasnya
baru selesai setengah.. huhu..”
Igo merasa bersalah pergi begitu saja kemarin, ia tau kalau
ia sudah bikin Sandra bingung.
“ kamu sibuk? Kita makan yuk..” tawar Igo.
Sandra nampak salah tingkah dengan ajakan Igo, “ ah? Enggak
sih.. mau makan dimana?”
AH!kenapa kata- kata macem itu yang keluar, mestinya cukup
jawab ‘boleh’ doang..huhu.. batin Sandra.
“ kamu mau dimana?”
Gak boleh salah lagi! Batin Sandra, “ ehm.. dimana aja,,”
jawab Sandra sambil tersenyum manis. Jawaban bagus! Batinnya lagi.
“ oke.. dimana aja yang penting bisa ngobrol..” kata Igo
manis.
Di tempat makan mereka ngobrol dengan akrabnya, Igo
memanfaatkan waktu berdua saja dengan Sandra, ia senang bisa bersama dengan
Sandra, karena dengannya Igo bisa meluapkan perasaannya, kejenuhannya tanpa
perlu merasa ada batas. Sikap ramah dan responsif Sandra membuat Igo merasa
bebas mengungkapkan apapun. Sebelum pulang, Igo meminta nomor telpon Sandra,
selama ini mereka belum tuker- tukeran nomer handphone. Setelah Sandra pulang
Igo masih berdiam diri disana, ia mencari jadwal film apa yang lagi diputer di
bioskop, sabtu ini ia akan mengajak Sandra nonton.
Sampai di rumah, ada seorang gadis yang tengah mengobrol
dengan mamanya.
“ Igo, kamu sudah pulang..” mamanya memberi kode mata kalo
ada tamu untuknya.
Igo menanggapinya dengan malas, ia tau itu siapa meski hanya
dari belakang. Nanda.
“ ada apa?”
Nanda diam saja, ia harus maklum dengan sikap dingin Igo.
“ aku capek, ada apa?” Igo berusaha menahan emosinya.
“ aku mau ngomong sesuatu, bisa kamu duduk sebentar?”
Igo duduk dengan enggan, ia duduk di sofa yang berbeda
dengan Nanda.
“ gimana kabarmu, Go? Aku denger kamu punya banyak
pencapaian di kampus..”
Igo tidak menjawab, “ aku kesini dateng untuk minta maaf..”
Igo menatap Nanda dalam- dalam, ada gejolak dalam hatinya
mendengar perkataan Nanda.
“ maaf.. karena aku udah nyakitin kamu, aku pacaran sama
cowok lain di belakangmu. Aku sadar itu salah, tapi aku baru sekarang berani
minta maaf ke kamu. “
“ sekarang,, kenapa sekarang baru kamu muncul di hadapanku?
Ato perlu waktu selama itu untuk nyesel sama perbuatanmu?”
Nanda menggeleng, “ udah lama aku ngerasa neyesel, aku
hancur.. hubunganku sama Rio juga engga bertahan lama, yang aku punya sama Rio
bukan cinta..”
“ dan setelah aku sadar, aku baru nyesel siapa yang udah aku
kecewain..” isak Nanda.
Igo melihat air mata Nanda, mendadak dadanya sesak, ia masih
tidak tega melihat Nanda menangis, “ jangan nangis, aku engga suka liatnya..”
“ kalo kamu dateng kesini untuk minta maaf, kamu udah lakuin
itu. silahkan pulang kalo udah engga ada yang lain..”
“ aku mau bilang satu hal lagi..”
“
tolong kasi aku satu kesempatan lagi, aku tau ini malu- maluin, tapi aku pengin
punya satu kesempatan lagi untuk memperbaiki kesalahanku..”
“ kesempatan?”
“ aku selalu coba untuk lupain kamu, tapi kenangan yang aku
punya sama kamu terlalu banyak untuk bisa aku lupain gitu aja, aku lebih milih
memperbaiki semuanya sekali lagi.”
Igo tidak sengaja melihat cincin mereka yang masih dikenakan
Nanda, “ kenapa kamu masih pake cincin itu? bukannya kamu engga mau lagi pake?”
Igo mengorek masa lalu mereka.
“ aku masih simpen ini karena aku masih berharap bisa dapet
kesempatan dari kamu..”
****
Igo
masuk ke kamar dan memikirkan kata- kata Nanda. Munculnya Nanda setelah sekian
lama sanggup membangunkan memori- memori yang telah Igo tinggalkan. Hubungan
yang telah mereka jalin begitu lama, saat- saat senang dan sulit yang sudah
mereka jalani bersama. Igo kembali teringat cincin yang masih Nanda kenakan,
Igo mengeluarkan kalung dari balik bajunya.
Aku juga masih punya cincin itu, Nan.. batin Igo. Ia mulai
goyah.
Kegundahan hatinya membawa Igo pada Sandra,
“ San.. udah tidur?” kata Igo lewat telpon.
“ belum.. kenapa?”
“ bisa ketemu?”
“ hah? Sekarang? Udah malem..”
“ kamu mau gak?”
Sandra berpikir sejenak, “ mau sih.. tapi..”
“ ya udah, turun.. aku di taman deket rumahmu..”
Sandra kaget, ia buru- buru mengambil jaketnya untuk bertemu
dengan Igo, tak lupa ia menyisir rambutnya dan menyemprotkan sedikit parfum
#girls -.-“
Sampai di taman, ia melihat Igo di prosotan, Sandra datang
menyebelahinya.
“ ada
apa nih malem- malem?” tanya Sandra sambil tersenyum. Senyum itu, senyum yang
membawa Igo kesini malam ini.
“ aaaahhhh..” Igo meregangkan tubuhnya, “ udah lama juga gak
kaya gini..”
Sandra tertawa, “ ya iyalah, kalo sore kamu kesini,bisa
dimarain penjaga komplek..”
Igo menatap Sandra, Sandra pun demikian, “ kenapa?” tanya
Sandra.
Igo tidak bisa lagi menyembunyikan kegundahan hatinya, ia
meraih tangan Sandra yang berada di saku jaket. Sandra kaget dengan sikap Igo,
Igo memegang tangannya begitu erat, seolah enggan melepaskannya. Sandra ingin
menanyakan apa yang terjadi, namun ia urungkan niatnya saat ia melihat Igo
tengah menatap langit dengan mata terpejam..
“ jangan liatin aku,,” kata Igo masih dengan mata terpejam,
Sandra jadi salah tingkah karena ketauan, ia pun ikutan melihat langit dengan
tangannya yang masih digenggam oleh Igo. Sekarang gentian Igo yang memandangi
Sandra yang sedang memandangi langit #nahloh, trus langit mandangin
siapa?hehe.. :P
“ San..” Sandra menoleh.
“ maaf..” kata- kata itu akhirnya keluar. Sandra bingung
untuk apa Igo minta maaf?
“ maaf karena aku pulang buru- buru waktu itu, maaf karena
minta kamu keluar malem- malem gini..” Sandra bingung, untuk itukah Igo
memanggilnya.. Igo mengangguk sambil tersenyum.
“ udah malem, pulang sana..” Igo melepaskan genggaman
tangannya.
“ apa? Iihh kalo gitu kenapa engga telpon aja sih? Aneh-
aneh aja kamu ah,”
Igo tersenyum melihat Sandra, “ udah, pulang sana.. sampe
ketemu besok..” kata Igo, ia melihat kepergian Sandra dengan tatapan nanar.
“ maaf.. karena aku engga bisa bilang yang sebenernya sama
kamu, maaf karena aku belum sanggup dateng ke rumahmu sekarang..” Igo
mengucapkan maaf yang sesungguhnya.
Igo
berhasil mengajak Sandra untuk nonton bareng, Igo janjian untuk langsung ketemu
Sandra di bioskop.
“ mau kemana, San?” tanya Nanda.
“ mau nonton kak..”
“ sendirian aja?” Nanda bertanya bermaksud untuk ikut, ia
bosen di rumah seharian.
Sandra membantah, “ ah enggak, sama temen..”. Nanda
mengurungkan niatnya untuk ikut. Ia takut akan jadi canggung dengan temen
Sandra yang engga ia kenal..
Sampai
di bioskop, Igo sudah tiba lebih dulu, ia menawarkan apa ia mau membeli popcorn
dan Sandra mengatakan biar ia saja yang antre. Selagi mereka antre, berbunyilah
ponselnya Igo. Nanda. Igo kaget bukan kepalang kenapa Nanda tiba- tiba
menelponnya, ia berniat tidak mengangkatnya tapi Sandra memandangnya dengan
aneh, udah tau bunyi tapi kok dibiarin? Tanya Sandra padanya. Igo akhirnya
terpaksa mengangkat supaya Sandra tidak curiga.
“ kamu lagi dimana, Go?”
“ Ada perlu apa?”
“ ah enggak, kalo kamu lagi engga sibuk, aku pengin
ketemu..”
“ aku sibuk, engga ada waktu sekarang..”
“ kalo gitu kapan?”
Igo yang sedang menerima telpon di sebelah Sandra tiba- tiba
disenggol oleh Sandra.
“ kamu mau yang butter ato caramel?” Sandra menanyakan
popcorn Igo. Igo menjawab yang butter.
“ kamu lagi nonton? Sama siapa?” Nanda mulai curiga. Igo
tidak menjawab pertanyaan Nanda, ia menutup telponnya lalu mematikan
handphonenya.
Sementara di rumah Nanda mulai curiga, Sandra juga lagi
keluar Nonton, tunggu dulu.. Sandra sama Igo juga temenan, apa mungkin?? Nanda
mulai resah.
Malam
itu Nanda sengaja menunggu kepulangan Sandra, siapa tau Igo mengantar Sandra
sampe ke rumah. Tapi tidak, karena Sandra bawa motor sendiri..
“ kak, kenapa disini?” tanya Sandra yang melihat kakak
sepupunya di meja makan sendirian.
“ ah tadi habis minum.. kamu nonton sama siapa sih tadi?
Sama temenmu yang kemaren itu?”
Sandra mengangguk, Nanda tertegun. Benar, pasti Igo nonton
dengan Sandra. Mungkinkah Igo menaruh perasaan pada Sandra?
#jawaban penulis:
IYA!PERGI SANA! SYU SYU..
Kecurigaan Nanda menggugah dirinya untuk menyelidiki lebih
lanjut ada hubungan apa antara Sandra dengan Igo? Ada perasaan tidak rela di
hati Nanda. Ia sengaja minta tidur bareng di kamar Sandra, setelah Sandra
tertidur, ia mengecek handphone Sandra, ia memeriksa sms- sms yang dikirimkan
oleh Igo, sms paling banyak dikirimkan oleh Igo. Saat Nanda tengah
memeriksanya, sms dari Igo masuk.
“ good night, have a nice dream J “ Nanda yang membaca sms itu
semakin yakin kalau ada apa- apa diantara Sandra dan Igo, belum lagi sms- sms
yang isinya perhatian Igo untuk Sandra dan begitu sebaliknya. Nanda merasa ia
tidak bisa tinggal diam, ia tidak mau kehilangan kesempatan begitu saja untuk
kembali menjalin hubungan dengan Igo. Ia mengajak Igo untuk bertemu di sebuah
kafe.
****
“ aku
kasi kamu waktu untuk mikirin pertanyaanku..” kata Nanda.
“ tentang kesempatan yang kamu minta, ,” Igo tidak langsung
menjawab, ia melepaskan kalung yang selama dua tahun ini selalu ia kenakan.
Nanda kaget melihat Igo masih memiliki kalung ini, ternyata bukan hanya
dirinya. “ ini jawabanku..” kata Igo.
“ maksud kamu?”
“ aku punya seseorang yang aku cintai sekarang, demi dia aku
lepasin kalung ini, lepasin kamu selamanya.. jadi kesempatan yang kamu minta,
aku engga punya kesempatan itu, kamu juga.”
Nanda menahan emosi dan air matanya, “ Sandra.” Igo menatap
tajam Nanda.
“ dia yang kamu maksud kan?” Igo diam tidak menjawab. It’s a
yes.
“ aku engga tau kalo di sepupumu, kalopun aku tau aku engga
akan lari, karena aku cinta sama dia. Sama dia, aku jadi diriku sendiri. Aku
engga sampe melakukan pengorbanan yang sia- sia kaya yang aku lakuin buatmu
dulu.” Igo merobek lagi luka dalam hatinya.
“ kamu pikir kamu bisa lupain aku gitu aja? Lupain kita gitu
aja?”
Igo menggeleng, “ aku engga akan lupain itu, itu pelajaran
yang berharga. Engga akan aku lupain, supaya aku engga terjebak sama orang yang
sama lagi.”
“ jadi kamu milih
Sandra sekarang?” Igo mengangguk dengan pasti. Ia yakin akan hatinya sekarang.
Nanda dibuat kecewa dengan sikapnya Igo, “ oke.. kalo itu
maumu,” Nanda pergi meninggalkan Igo dan kalungnya di meja.
“ akan aku buat kamu nyesel sama keputusanmu,,” bisik Nanda
setelah jauh dari Igo.
Nanda
pergi ke kamar Sandra, dengan wajah sedih ia datang kepada Sandra.
“ San.. aku mau ngomong sesuatu..” isak Nanda. Sandra kaget
melihat kakak sepupunya menangis padanya tiba- tiba.
“ loh kak, kenapa? Duduk kak, duduk.. pelan- pelan,” jawab
Sandra dengan polosnya.
“ aku minta maaf, maaf karena aku engga bisa ngomong ini
dari awal..”
“ kenapa kak? Ada apaan?”
Akhirnya keluarlah semua dari mulut Nanda, ia tau cepat ato
lambat Igo pasti akan mengatakan kenyataan ini pada Sandra, sebelumnya, ia
harus lebih dulu mengatakan yang sebenarnya. #licik.
Sandra tertegun mendengar semua itu, apa? Jadi Igo dan kak
Nanda sudah saling kenal? Bahkan mereka pernah pacaran selama dua tahun! Apa
ini? kenapa Igo engga bilang apa- apa padanya?
Nanda meninggalkan Sandra begitu saja setelah menceritakan
kenyataan mencengangkan kepada Sandra. “ gue engga bisa dapetin elo, elo juga
engga boleh dapetin Sandra” gerutu Nanda dalam hati. sementara di dalam kamar
Sandra masih mencerna kata- kata Nanda, esok harinya, tanpa sepengetahuan Igo,
Sandra mengajak Rian bertemu untuk mengkonfirmasi kata- kata yang dikatakan
Nanda padanya. Setelah meyakinkan Rian untuk tidak menutupi apapun, Sandra
menanyakan kebenaran tersebut.
“ UHUK UHUK!!!” Rian terbatuk mendengar kata Nanda dan Igo
disebut secara berdampingan. Sandra menatap Rian lekat- lekat.
“ jadi bener yang dibilang kak Nanda, kak?” Rian mengatur
nafasnya.
“ ehem..” wajahnya berubah serius. “ iya.. itu semua bener.
Mereka emang pernah pacaran. Selain gue, Nanda itu belahan jiwanya Igo.” Jelas
Rian tepat pada sasaran. Air mata menggenang di mata Sandra. Belahan jiwa?
“ apa yang mau lo lakuin?” tanya Rian, Sandra terdiam, ia
tidak tau apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia mengejar Igo atau
melepaskannya? Sandra menanyakan kenapa mereka sampe putus, Nanda hanya
mengatakan kalau Igo meinggalkannya begitu saja.
“ apa? Gitu aja? Waah.. amnesia tuh cewek,” Sandra menatap
Rian bingung. Rian menjelaskan akibatnya kenapa.
“ pengkhianatan itu hal yang gak termaafkan di hubungan
macem apapun..” tandas Rian. Sandra semakin shock mendengar kenyataan itu, begitukah
luka yang dirasakan Igo selama ini? mengapa tak terpintas sekalipun di wajah
Igo? Ia tidak tau seberat apa yang Igo rasakan.
“ trus Igo, apa dia masih cinta sama kak Nanda?”
“ kalo itu, lo tanya sendiri aja ya sama Igo. Itu bukan urusan
gue buat jawab.. tapi gue kasi clue. Lo tuh obat sakit hatinya Igo banget..
tolong jangan biarin dia sakit untuk yang kedua kalinya. Gue sebagai sahabatnya
bakal kelimpungan buat ngadepin dia lagi kaya dua taun lalu..”
****
Setelah
bertemu dengan Sandra, Rian langsung menginfokan semuanya pada Igo tanpa satu
katapun yang terlewat. Igo tau ia harus bertindak sekarang, sebelum Nanda
semakin engga masuk akal dan Sandra makin sakit karenanya. Igo menghubungi
Sandra berkali- kali, telpon, sms, tapi tak satupun yang dijawab Sandra. Ia
bukannya tidak tau Igo menghubunginya, ia baca semua sms yang dikirimkan Igo,
tapi ia tidak tau harus menjawab apa, ia takut salah bicara dan keduanya akan
jadi semakin menjauh. Igo jadi gelisah dengan sikap diam Sandra, dulu Nanda
juga bersikap seperti ini, saat sebelum hubungan mereka berakhir.
Sementara Sandra di dalam kamarnya mencoba menenangkan
pikirannya, terngiang kata- kata di otaknya.
Terbayang saat Igo meraih tangannya untuk pertama kalinya,
ia mengatakan “ maaf..” Sandra tau
sekarang apa maksud perkataan maaf itu..
“ sebenernya aku sama
Igo pernah dua taun pacaran, aku engga tau kenapa dia tiba- tiba pergi
ninggalin aku,,” kata- kata Nanda yang kini terdengar seperti bualan di
telingan Sandra.
“ tolong jangan sakitin
dia untuk yang kedua kalinya..” pesan Rian membuat Sandra semakin Gundah.
Berada di samping Igo dengan bayang- bayang Nanda, bukankah
itu akan membuat Igo terluka? Bukankah itu seperti membuatnya jalan terpincang
selamanya?
Ia merasa bersama Igo akan membuat Igo menekan perasaannya
karena ada Nanda di tengah mereka, tapi tidak bersamanya akan membuat Sandra
terluka. Haruskah ia memilih siapa yang harus ia sakiti?
Beberapa
hari Sandra tidak masuk kuliah, Igo mencari tau keberadaan Sandra. Teman- temannya
mengatakan beberapa hari ini Sandra sakit. Mendengar itu, Igo semakin khawatir
dibuatnya. Ia ingin ke rumah Sandra, tapi ada Nanda. Ia yakin Nanda tidak akan
membiarkan mereka berdua tenang, ia tau karena Nanda bahkan menyembunyikan part
selingkuh di depan Sandra, itu artinya dia punya niat tersendiri di balik ini
semua. Tapi Igo tidak kehabisan akal, ia mengirimkan makanan, bunga, surat ke
rumah Sandra setiap harinya secara bergantian. Tapi semua pesan itu tidak
pernah sampai ke Sandra, tidak akan sampai selama masih ada Nanda disana.
“ dia bahkan engga melakukan apapun walau tau kamu sakit,
dia engga berubah..” bual Nanda menghibur Sandra yang lemah terbaring di tempat
tidur, karena banyak pikiran Sandra jadi sakit. Mendengar hal itu membuat
Sandra bertambah sedih, ia meneteskan air matanya dalam tidurnya.
Igo pun demikian, dalam suratnya, dalam smsnya, ia meminta
Sandra untuk memberinya kesempatan untuk bicara dan bertemu dengan Sandra.
Hanya kalau Sandra memintanya ia akan datang ke rumah Sandra, ia tidak akan
peduli dengan Nanda lagi. Begitu tulisnya di surat yang engga pernah sampai
itu.
****
Hari
ini Rian sengaja datang ke rumah Sandra atas permintaan Igo. Rian akan melihat
sikon di rumah Sandra dulu, sebenarnya Igo sudah ingin datang kesana tanpa
peduli dengan Nanda, tapi Rian melarangnya, takut masalahnya bakal jadi rumit
diantara mereka bertiga, ujungnya malah Rian lagi yang bingung mau belain
siapa, habis semua sohibnya juga.
Sampai di rumah Sandra, suasana tampak sepi, Rian bertemu
dengan mamanya Sandra.
“ Rian.. ada perlu apa?” mamanya Sandra nampak berpakaian
rapi dan siap untuk meninggalkan rumah.
“ tante? Mau kemana kok rapi amat?” Rian tidak menjawab
pertanyaan tantenya.
“ tante mau ke rumah sakit, nih bawain baju gantinya
Sandra..”
“ loh, Sandra kenapa tante?”
“ dari empat hari yang lalu dia di opname di rumah sakit,
gejala tipus.. kalo mau, kamu jenguk sekalian aja..” tawar mamanya Sandra.
Rian pengin ikut, tapi ia urungkan niatnya. Ia takut Sandra
akan jadi tertekan kalo melihatnya, ia takut kalo Sandra jadi sedih karena Igo
tidak ikut bersamanya,
“ ehm.. besok aja lah tante, saya masih ada janji dulu..
saya pulang ya kalo gitu tante..” pamit Rian.
Saat ia mau keluar dari pintu pagar rumah Sandra, ada truk
sampah yang sedang mengambil sampah di depan rumah Sandra. Setelah truk itu
pergi barulah Rian keluar, dengan tidak sengaja didapatinya sepucuk surat yang
sepertinya tertinggal dari sampah- sampah yang sudah dibawa. Rian membuka surat
itu, ternyata itu dari Igo!!!! Apa- apaan ini? masa iya Sandra tega buang ini
semua di tempat sampah? Engga tau kah dia kalo ini semua ungkapan perasaan Igo?
“ men! Gawat nih bahaya!” Rian menelpon sahabatnya itu.
“ kenapa?” Igo panik.
“ gue ke rumah lo sekarang.”
“
kenapa, Yan?” tanya Igo saat Rian sampai di rumahnya.
Rian mengatur nafasnya, “ lo mau denger yang mana duluan?
Berita buruk ato berita yang sangat buruk?”
Igo berpikir sejenak, “ hm.. yang sangat buruk dulu..” ia
cemas.
“ gue engga tau mana yang lebih buruk, jadi lo dengerin gue
aja. Pertama, ini..”
Rian meletakkan surat yang ia temukan tadi di meja tamu. Igo
menatap surat itu dengan heran, ia menatap Rian penuh tanya.
“ barusan di rumah Sandra, gue temuin surat itu jatuh di
depan rumahnya Sandra, kayanya asalnya dari tong sampah, surat ini engga kebawa
sama truk sampahnya,”
Igo membaca surat itu, benar! Itu suratnya untuk Sandra,
tapi kenapa bisa ada di tempat sampah?
“ kenapa Sandra malah ngebuang ini semua?” Igo heran.
Rian menyela, “ men, pas gue temuin itu tadi, lemnya bahkan
belum kebuka. Artinya surat itu dibuang tanpa pernah dibaca.. kemungkinannya
Cuma dua,”
Igo menatap Rian, “ satu, Sandra emang engga mau baca dan
gak mau tau. Dua, Sandra engga pernah tau kalo surat ini pernah ada.”
Igo langsung terhenyak, “ Nanda?” kata Igo lirih. “
mungkinkah?”
“
tunggu dulu, gue belum selesai.. berita berikutnya, Sandra sekarang dirawat di
rumah sakit. Dia kena gejal tipus.” Tandas Rian.
Mendengar wanita yang dicintainya berada di rumah sakit
kemungkinan besar karena dirinya Igo jadi kalap, pikiran yang tak keruan dan
rasa khawatir yang amat sangat menghinggapi dirinya.
“ gue pinjem mobil lo!!” kata Igo langsung mengambil kunci
mobil Rian.
“ heh gue gimana?!” Rian cemas.
“ di kamar gue aja!” Igo sudah menyalakan mesin mobil Rian.
****
Igo
memacu mobilnya di tengah kota Denpasar, ia ingin secepatnya sampai di rumah
sakit. Namun sebelum ia ke rumah sakit, ia ke toko bunga untuk memastikan
sesuatu.
Sampai di rumah sakit, Igo ke meja resepsionis untuk
menanyakan kamar Sandra, bersamaan dengan itu datang pula pesanan bunga yang
baru saja ia pesan di toko bunga tadi, pengantar bunga itu tidak tau kalau Igo
yang memesan bunga itu, ia juga menanyakan dimana kamar atas nama orang yang
ada di bunga ini. mereka berdua ada di dalam lift yang sama, namun saat pintu
lift terbuka, Igo sengaja membiarkan pengantar bunga itu jalan duluan sementara
Igo mengintip dari tembok dari balik lorong kamar Sandra.
“ mbak.. saya mau anter bunga ini..” kata mas- mas itu.
“ ooh iya, biar saya aja.. pasiennya lagi istirahat..” balas
gadis itu, dia Nanda.
Setelah pengantar bunga itu berlalu, Nanda melihat bunga dan
nama yang tertera di bunga itu dengan tawa licik penuh kemenangan, Nanda hendak
membuang bunga itu ke tempat sampah.
Ini yang mesti gue pastiin!! Batin Igo, ia menghampiri
Nanda, menahan tangannya yang akan membuang bunga itu ke tempat sampah.
Nanda tampak terbata melihat Igo yang kini ada di
hadapannya, “ I.. Igoo..”
Igo begitu emosi dibuat oleh Nanda, ia menarik Nanda ke
tempatnya tadi.
“ lo.. apa harus lo bertindak sejauh ini? harus sampe sejauh
apa lagi? Hah??!!!” Igo membentak Nanda.
Nanda menunduk sebagai reaksinya atas amarah Igo.
“ kenapa lo diem sekarang? Ngomong, lo mau gue ada di depan
lo kan?”
Nanda mencoba berkilah, “ gue engga ngerti kenapa lo begitu
marahnya Cuma gara- gara bunga..” Nanda masih betah berbohong.
Igo mengeluarkan suratnya dengan penuh amarah, “ Cuma bunga?
Liat nih!!” Nanda tidak bisa berkata apa- apa lagi.
“ lo bilang Cuma bunga aja? Haruskah lo ngorbanin perasaan
Sandra demi ego lo?” bentak Igo lagi sambil melempar surat itu hingga jatuh ke
lantai. Nanda menatap surat itu sejenak,
“ iya! Kenapa? Lo gak tau gue bisa bertindak sejauh mana
lagi? Lo pikir gue hanya akan berenti disini? Kalo gue engga bisa dapetin lo,
maka engga ada yang boleh! Terlebih lagi Sandra!”
“ lo, apa yang bikin lo kaya gini?” Igo sudah kehabisan
kata- kata.
“ Sandra mungkin ngerasa dia cinta sama lo, tapi gue, dia
jelas lebih percaya sama gue dibanding sama lo! Gimanapun gue sodara
sepupunya.. lo pikir bisa menang lawan gue?”
“ please, stop..” Igo memohon pada Nanda.
Tiba-
tiba dari balik tembok itu, ada yang memungut surat yang terjatuh di lantai
itu. Sandra. Igo yang berdiri menghadap Nanda bisa melihat Sandra yang jongkok
mengambil surat itu.
“ Sandra..” ucap Igo lirih. Nanda menoleh kaget ke arah
Sandra, “ San.. Sandra..”
“ kakak.. kenapa kak? Kenapa?” Sandra menangis, ia ternyata
mendengar semua pengakuan tidak langsung yang diucapkan oleh Nanda. Ia berlari
meninggalkan Nanda dan Igo, ia masuk ke dalam lift. Igo langsung mengejar
Sandra tanpa lagi mempedulikan Nanda. Igo ikut masuk ke dalam lift, ia tidak
berhasil ada di lift yang sama, maka ia melihat angka nomor berapa yang ada di
monitor lift, ia mencari Sandra di semua lantai. Namun ia tidak menemukan
Sandra dimanapun, Igo ingat ada satu tempat yang belum ia cari. Loteng!
****
Sandra
menangis, ia didera sedih yang teramat dalam karena telah dibohongi oleh kakak
sepupunya sendiri. Kenapa? Kenapa? Kenapa? Itulah kata- kata yang tertulis di
benaknya. Ia menggenggam erat surat yang ada di tangannya. Ia membuka surat
itu..
“ emang engga semua
bisa diungkapkan dengan kata- kata, tapi itu lebi baik daripada engga bisa
mengungkapkan perasaan sama sekali..
Itu yang kamu bilang
ke aku, aku mulai menulis, kamu tau, aku mulai nulis.. dan kamu bener.. aku
merasa jauh lebih baik setelah nulis..
Apa karena aku kamu
sakit? Ya, aku tau pasti karena aku. Haruskah aku dateng? Atau haruskah aku
engga dateng?
Entah berapa kali aku
menahan kakiku untuk engga berlari ke kamu,
Hanya minta aku
dateng, maka aku akan lepasin semua dan hanya lakuin apa yang kamu minta..”
Air mata tak tertahan turun dari pelupuk mata Sandra, ia
merasakan sakit yang teramat sangat di dadanya, inikah yang selama ini terjadi?
Benarkah selama ini Igo menanti dirinya untuk meminta Igo datang dan
menemuinya?
Tapi apa yang ia lakukan selama ini? ia malah menyangka Igo
tidak peduli pada dirinya. Apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia berlari pada
Igo sekarang?
Sandra berbalik, ia akan mencari Igo saat ini juga.
Namun langkahnya terhenti, Igo sudah berhenti terengah di
depan pintu darurat.
“ Igo..” kata Sandra lirih.
Igo menatap nanar Sandra, ia sedih, sekaligus senang melihat
Sandra saat ini. setelah sekian lama ia harus menahan dirinya atas alasan yang
tidak seharusnya. Igo kembali berlari ke arah Sandra, Igo memeluk Sandra erat..
Sandra kembali menangis, mendengar isak tangis Sandra, Igo
ikut menitikkan air mata lalu memeluk Sandra lebih erat lagi.
“ maafin aku..” kata Igo dengan tulus.
Sandra menggeleng, “ maafin aku..”
Keduanya
lalu duduk bersama, “ aku minta maaf engga bisa ngomong jujur sejak awal. Engga
seharusnya aku bikin kamu ngerasain apa yang aku rasain dulu.. maaf karena aku
jadi pengecut..”
“ aku juga seharusnya tau kamu engga akan nyakitin aku, maaf
karena aku sempet ragu sama kamu..”
Mereka bertatapan sambil tersenyum satu sama lain. Akhirnya
salah paham ini terselesaikan juga.
Igo meraih kalung yang berisikan cincin itu, ia melepaskannya.
Sandra memandangnya dengan heran.
“ apa itu?” tanya Sandra. Igo menceritakan kisahnya pada
Sandra, kali ini full version, tidak ada bagian yang dikurangi demi kepentingan
Igo sendiri. Setelah mendengar itu semua dari Igo, Sandra merasa lega seolah
semua pertanyaan dan keraguannya sudah terhapuskan semuanya.
“ bukan karena ini aku goyah saat ada Nanda dan kamu, tapi
aku goyah karena kelemahanku sendiri, karena aku engga berani mencintai kamu
kaya aku mencintai Nanda dulu, makanya sekarang..” Igo melempar kalung itu
jauh- jauh dari lantai paling atas. Sebagai tanda ia telah siap untuk membuka
halaman baru bersama Sandra.
“ makasi ya, kamu dateng untuk bikin aku sanggup memulai
semua dari awal..” Sandra tersenyum mendengar itu, ia meletakkan kepalanya di
pundak Igo.
“ mulai sekarang, percaya Cuma sama aku.. jangan percaya
sama yang lain..” Sandra mengangguk.
“ kamu inget waktu aku jatuh trus kamu ngobatin aku?” Igo
mengangguk ingat.
“ waktu itu kamu nungguin aku, katanya kamu mau nunggu sampe
lukaku kering. Aku udah putusin, aku pun akan nunggu sampe lukamu bener- bener
kering. Selama itu aku akan ada di sampingmu.. jadi jangan sakit sendiri..”
pinta Sandra.
“ aku udah engga sakit lagi, selama ada kamu di sampingmu,
aku percaya kenanganku sama kamu sanggup menghapus kenangan burukku dulu.. “
Sandra kembali mengurai senyumnya, mereka menikmati indahnya
matahari terbenam bersama..
satu tahun berlalu..
Igo
mencoba menghubungi Sandra, kekasihnya.. Igo tengah berada di desa terpencil,
ia mengadakan pengobatan gratis disana selama beberapa bulan. Selama itu juga
ia tidak bisa bertemu dengan Sandra, begitu pula sebaliknya. Sementara Igo
jauh, Sandra juga memulai kesibukannya sebagai ketua klub di fakultasnya, hal
ini membuat komunikasi mereka tidak selancar biasanya. Kembali kenangan masa
lalu membawa Igo pada pikiran yang aneh- aneh, mungkinkah apa yang ia alami
dengan Nanda akan terjadi lagi? Ah tidak mungkin.. ia percaya seratus, tidak,
seribu persen pada Sandra.
“ ck.. kenapa telponnya engga aktif.. apa karena ujan ya?
Haduhh..” keluh Igo, tinggal di desa terpencil ditambah lagi dengan cuaca buruk
membuat rasa stressnya naik jadi tingkat dewa.
“ dokter, masih ada pasien yang datang, tapi sudah jam
tutup.. gimana dok?” tanya salah satu asistennya. Igo sebenernya risih dengan
panggilan dokter, ia bahkan belum sarjana. Tapi orang di desa ini selalu
memanggil ia dengan sebutan itu meski berkali- kali ia coba jelaskan.
“ berapa lagi?” tanya Igo.
“ masih ada tiga lagi..” katanya.
“ empat!” kata satu suara lelaki.
“ lima!!” kata satu suara perempuan. Igo berbalik ke arah
suara itu. dan betapa kagetnya dia saat melihat ternyata pasien ke empat dan
kelimanya adalah Rian dan Sandra yang datang membawakan beragam makanan
untuknya.
“ hey
pak bro!!! apa kabar lo? Bentar lagi disini, bisa jadi tukang kambing
lo..hahaha..” ledek Rian. Sandra tersenyum menyaksikan pacarnya dalam balutan
jubah dokter.
“ kasi saya waktu 15 menit, enggak, 10 menit aja.. saya
handle mereka..” pinta Igo.
Igo senang sekali melihat Sandra dan Rian disana, terutama
Sandra. Pergilah semua bayangan buruk yang sempat lewat di pikirannya, Igo
langsung memeluk Sandra.
“ aku tau kamu bisa menghapus semuanya..” bisik Igo. Sandra
tidak mengerti betul dengan maksud Igo.
“ apa? Maksudmu?” tanya Sandra.
“ enggak..” sela Igo, biar dia saja yang tau.. “ eh, bawa
apa aja?”
“ banyak bro.. lo kenapa engga sekalian titip supermarket
aja sama kita?” kata Rian.
“lo bahkan Cuma meluk Sandra..” keluh Rian yang langsung
disambut dengan pelukan Igo.
Sandra tertawa terbahak melihat tingkah dua orang ini,
mereka bertiga pun menikmati kebersamaan di tengah derasnya hujan,,
****
Komentar lagi.. yang terakhir,, sumpah..hehe..
Akhirnya selesai juga, lewat cerita ini udah jelas apa yang
aku anggep bener. Move on itu wajib hukumnya! Dan bertahan meski masa lalu
kadang suka resek itu adalah resiko yang bakal kita hadapi saat kita mau move
on. Kita engga bisa atur siapa- siapa aja yang masuk dalam hidup kita, jadi
kita harus pinter- pinter milih siapapun dalam bergaul, orang yang baik ada di
sampingmu adalah ketika mereka engga membawamu ke arah yang buruk.. ^^