Abby
mengemasi barang- barangnya di kamar, sudah lama ia berada di Bandung sementara
ia juga harus segera melanjutkan kuliahnya. Oleh karenanya hari ini Abby dan
Anta harus segera kembali ke Surabaya. Sebelum naik ke pesawat, tak lupa Abby
menghubungi papanya, ia berjanji pada papanya bahwa ia akan sering berkunjung
jika ada waktu luang. Sementara papanya berpesan supaya Abby segera
menyelesaikan studinya lalu melakukan apa yang ia sukai. Saat sampai di rumah,
Abby disambut oleh mamanya yang hari itu tidak pergi ke kantor. Abby memeluk
mamanya yang sudah lama tidak ia temui. Selama di Bandung, mamanya tidak pernah
menanyakan tentang pertemuan Abby dengan ayahnya, ia ingin Abby yang langsung
menceritakan kepadanya dengan gamblang. Setelah beristirahat dan merapikan
barang bawaannya, Abby pun makan siang di luar bersama dengan mamanya. Saat
sedang makan dengan mamanya, Abby bermaksud untuk menceritakan pengalamannya.
Namun ia bingung bagaimana harus menyampaikannya, ia hanya tidak ingin membuka luka lama mamanya.
“ gimana keadaan papamu, By?” tanya mamanya.
“ hmm.. papa sehat, ma..” Abby menjawab dengan singkat.
“ ma.. makasi ya karena mama udah kasi kesempatan berharga
ini untuk Abby. Abby bisa ketemu sama papa yang sejak kecil Abby cari.. Abby
minta maaf ma, kalau permintaan Abby bikin mama terpaksa nyari- nyari papa
dimana waktu itu.. maaf kalau Abby kurang mikirin perasaan mama..”
Mamanya tersenyum tipis, “ justru malah mama yang minta
maaf, sebagai seorang ibu, mama ga bisa membawa kamu ke papamu.. mama malah
membiarkan kamu pergi sendiri karena keegoisan dan rasa takut mama sendiri..”
“ ma.. Abby lega banget udah ketemu sama papa.. makin lega
lagi karena Abby tau kalau papa engga pernah lupa sama Abby.. dan Abby yakin
papa juga engga pernah lupa sama mama..”
Abby mengeluarkan kartu ucapan yang papanya buat untuk
dirinya, “ ini salah satu dari dua puluh kartu ucapan yang papa buat untuk
Abby.. coba mama liat, kalo papa engga sayang dan rindu sama kita, engga
mungkin dia bikin semua ini, ma.. begitu dalam rasa rindu papa sama kita tapi
selama ini hanya bisa papa pendam sendiri.. kasian papa, ma..”
Mama
Abby mengangguk, “ ya.. beberapa kali selama dua puluh tahun ini mama berpikir
menjadi orang seperti apa papamu, apakah dia menjalani hidupnya dengan baik.
Pernahkah dia memikirkan mama dan kamu yang ia tinggalkan..”
“ papa menjadi orang yang baik ma, mungkin mama engga tau
ini.. tapi, papa dateng ma waktu Abby lahir. Hanya saja engga pernah ada yang
lihat kedatangan papa.. papa bilang kalau itu adalah hal yang paling ia sesali
selama hidupnya.. sampai saat ini papa engga tau bagaimana caranya meminta maaf
sama mama..”
Mata mama Abby nampak berkaca- kaca mendengar hal itu, bisa
jadi itu adalah hal yang paling ingin dia dengar selama ini. sebuah penyesalan.
“ ma.. maafin papa ya.. papa itu sebenernya baik banget..
tapi banyak hal buruk yang harus dia lalui.. terlebih lagi dia harus melalui
semua itu sendiri..”
Mama Abby mengangguk yakin, “ mama sudah sejak lama
memaafkan papamu.. ditambah lagi kamu yang sudah bisa menerima papamu dan
sebaliknya, tidak ada alasan bagi mama untuk membenci papamu.. membenci papamu
akan membuat mama kehilangan kamu dan pada akhirnya mama engga akan punya
siapa- siapa..”
“ makasi ma.. meskipun kita bertiga engga bisa bersama..
tapi hidup Abby serasa lengkap sekarang.. karena Abby merasa punya papa dan
mama yang lengkap meskipun dengan keadaan yang engga biasa ini..”
****
1 tahun kemudian..
Abby
sibuk merias diri di depan kaca tanpa dibantu siapapun, sejak semalam ia telah
menginap di Shangri-la hotel untuk merayakan kelulusannya sebagai mahasiswi
ekonomi universitas airlangga dengan predikat summa cumlaude. Dalam pesta ini
tentu mama Abbylah yang menginisiasinya, hal ini penting untuk mengukuhkan
posisi Abby dihadapan pemegang saham Grup Prapanca bahwa Abby akan siap
memimpin perusahaan dimana mereka telah lebih dari 3 dekade menanamkan
sahamnya. Abby terlihat sangat elegan dan classy dengan balutan kebaya modern
yang khusus didesain untuk dirinya di hari yang sangat bersejarah ini.
ponselnya berbunyi, mamanya meminta Abby bersiap dalam waktu 30 menit, akan datang
ajudan yang bertugas mengantar Abby ke ballroom utama.
Sementara
di Lobby, Anta baru saja keluar dari mobil bersama dengan ayah dan ibunya.
Keluarga Anta tentu menjadi salah satu tamu undangan yang paling dinanti
kedatangannya di private party ini. saat hendak masuk, Anta melihat petugas
hotel terlihat sedang berdebat dengan seorang tukang pos di valley parking.
Anta tergerak untuk menghampiri mereka, tidak enak rasanya menimbulkan
keributan di tengah para tamu yang sudah mulai berdatangan.
“ ada apa ini?” tanya Anta kepada petugas hotel.
“ maaf pak, tapi bapak ini memaksa akan mengantarkan surat
tanpa tau si tertuju berada di kamar mana..”
“ ini pak.. saya Cuma minta kasih ini ke yang namanya
tertera disini, kan gampang tinggal cek di computer hotel.. kok repot..”
celetuk pak pos itu.
Petugas hotel itu mengelak, “ tidak semudah itu kami bisa
meminta data tamu yang datang ke hotel kami, terlebih kami tidak tau apa isi di
dalamnya..”
Anta berusaha menengahi perdebatan itu, ia lalu meminta
surat itu, ia berencana akan menyelesaikan masalah ini secepat mungkin.
Ia membaca tulisan di amplop itu, tertulis “ untuk Abby..
anakku..”
Anta tersenyum melihat surat itu, tanpa pikir panjang ia
meminta masalah ini jangan lagi diperpanjang, ia memberi tips kepada pak pos
dan petugas hotel lalu pergi ke kamar Abby.
Anta
mengetuk pintu kamar Abby, Abby terkejut sedikit karena ia sedang menghafalkan
pidatonya nanti. Lagipula siapa yang masih mengetuk pintu hotel, biasanya
pegawai hotel pasti akan menekan bel. Abby melihat dari kaca cembung di pintu
hotel, ia melihat Anta di balik pintu, Abby pun lantas membukakan pintunya.
Anta tersenyum manis saat melihat kekasihnya, Abby
mengenakan balutan kebaya yang terlihat sangat pas di tubuhnya..
“ you look wonderful, darl..” kata Anta. Abby tersipu malu,
sementara Anta menyerahkan sesuatu pada Abby..
“ you must be very happy with this..”
Abby terlihat bingung dengan apa maksud Anta, namun wajahnya
langsung sumringah begitu tau bahwa papanya mengiriminya kartu ucapan.. sejenak
ia membaca kartu ucapan itu dan ia terlihat sangat terharu..
“ papa old school banget..” katanya lirih. Terlihat jelas
Abby merindukan dan menginginkan papanya untuk hadir hari ini. tapi nampaknya
saat ini bukanlah waktu yang tepat.
Anta memegang tangan Abby, “ time to go.. you’re the queen
today..”
Saat
masuk ke ballroom, Abby disambut dengan riuh tepuk tangan sekitar dua ratus
tamu undangan penting yang merupakan kolega- kolega bisnis grup prapanca. Grup
ini merupakan grup yang sangat disegani di kalangan pebisnis dalam dan luar
negeri, oleh karena itu tidak sembarang orang yang bisa datang ke acara ini.
yang paling utama, tidak sembarang orang pula yang akan mampu memimpinnya
kelak. Itulah yang terbesit dalam benak Abby saat ini, rasa percaya dirinya
mendadak lenyap entah kemana.. nafasnya sesak tiba- tiba.. namun hal itu untung
saja sirna saat ia melihat mamanya berdiri di ujung panggung dengan senyuman
lembutnya, kembali dengan rasa percaya diri yang penuh Abby berjalan menuju
panggung.
“ perkenalkan saudara- saudara sekalian.. my one and only
daughter.. Gracia Abby Prapanca..” ucap Valia dengan bangga memperkenalkan anak
semata wayangnya itu yang jelas telah menjadi pusat perhatian di pesta ini.
semenjak masuknya Abby ke dalam ballroom tadi, ratusan pasang mata tidak
mengalihkan pandangannya dari Abby.
Abby mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran hadirin semua
di tempat ini pada kesempatan berbahagia ini. bahagia sekali rasanya ia dapat
berjumpa dengan rekan- rekan yang telah banyak membantu mamanya menjalankan
perusahaan yang telah dirintis semenjak jaman kakeknya hingga sekarang masih
mampu mempertahankan kualitas dan eksistensinya di dunia bisnis hiburan. Ia
mengucapkan bahwa ia masih minim pengalaman di dunia bisnis ini, oleh karenanya
ia mengharapkan banyak bantuan dari para pemegang saham maupun rekan bisnis
supaya dapat membantunya menjadi penerus Grup Prapanca yang layak.
Akhir
kata, Abby mengangkat gelas red winenya
lalu bersulang atas nama grup Prapanca. Cheers
disambut dengan riuh tepuk tangan undangan yang hadir. saat pesta berlangsung,
para tamu undangan membicarakan mengenai kesan pertama Abby, mereka mengatakan
bahwa Abby adalah sosok gadis muda yang sempurna.. cantik, sopan dan pintar.
Selama pesta, Abby dengan ramah menyapa setiap tamu yang dikenalkan oleh
mamanya. Para tamu yang membawa anak- anak lelaki mereka yang seumuran Abby pun
dengan sigapnya mengenalkan anak- anak mereka lengkap dengan title dan prestasi
gemilang lainnya agar dinyatakan mampu bersanding dengan Abby di jenjang yang
lebih tinggi. Setelah berkeliling beberapa saat, Abby dan mamanya pun berhenti
di keluarga Anta, Valia terlihat asyik mengobrol ringan dengan sahabat lamanya
sementara Anta memberi kode kepada Abby untuk pergi berdua mengambil cocktail. Saat sedang mengambil cocktail,
seorang lelaki yang tadi baru saja berkenalan dengan Abby menghampirinya.
“ hai Abby..”
“ halo Rino.. silahkan dinikmati hidangannya..” sapa Abby
dengan ramah.
Rino tersenyum tanpa menoleh pada Anta, “ oiya, setelah ini
kamu mau lanjutkan sekolah atau mau langsung kerja di kantor cabang?”
Abby menggeleng dan mengatakan bahwa dirinya mungkin akan
melanjutkan sekolah di tempat yang direkomendasikan mamanya nanti, “ kalau Rino
gimana?”
“ kalau aku baru aja apply
ke Manchester University untuk gelar master..” katanya dengan bangga, entah
kenapa tapi Rino menatap Anta dengan senyum sinis. Anta tidak habis pikir
dengan laki- laki satu ini.
Abby menimpali, “ Manchester? Maybe you can ask him to help
you, he graduated from Manchester with summa cumlaude years ago.. kenalkan, ini
Anta..” kata Abby meraih lengan Anta dan melingkarkan tangannya lalu memperkenalkan
kekasihnya kepada Rino.
Rino
terlihat canggung berkenalan dengan Anta, ia pikir Anta bukan siapa- siapa,
terlebih lagi ia tidak menyangka Anta sudah lulus dari Manchester University
dengan predikat summa cumlaude. Pantas saja ia bisa bersanding dengan Abby,
begitu batinnya.
“ please kindly contact me if you need a help.. aku punya
rumah disana seandainya kamu diterima disana nanti.. looking forward to talk to
you again..” kata Anta ramah.
Rino lalu meninggalkan Abby dan Anta berdua lagi, sepergian
Rino, Anta terlihat kesal dengan kejadian barusan..
“ kayanya bukan Cuma posisimu yang harus dikukuhkan hari
ini, tapi posisiku juga..” kata Anta.
Abby tertawa geli mendengarnya, “ maksud kamu apa?” goda
Abby.
Anta terlihat berpikir, “ gimana kalo kita umumkan hari ini
kalo kita tunangan.. jadi cowok- cowok disini engga macem- macem..” ucapnya
khawatir.
Abby tertawa terpingkal melihat reaksi berlebihan kekasihnya
itu, namun bukan Abby namanya kalo tidak suka memanas- manasi Anta.
Abby membalikkan badan Anta dan memperkenalkan satu persatu
keluarga yang memiliki anak laki- laki,
Abby menunjuk lelaki yang berwajah tidak terlalu tampan,
sangat kutu buku kelihatannya, “ dia akan punya 5% saham di Prapanca..”
Berikutnya adalah Rino, “ dia punya 10% saham..”
Dan yang terakhir anak laki- laki yang berumur 19 tahun, “
yang ini 14,5%.. meski masih kecil, tapi ga menutup kemungkinan..”
“ anda.. berapa saham yang bisa anda tanamkan di grup kami?
Pernikahan itu investasi..”
Anta tidak mau kalah, ia mengomentari satu- persatu lelaki
yang Abby kenalkan tadi dimulai dari yang pertama..
“ yang itu mukanya jauh dari aku..”
“ yang kedua, belum tentu lulus aja udah belagu..”
“yang ini meski potensial, tapi aku denger
perusahaannya lagi dalam krisis..”
Terakhir Anta menunjuk keluarganya sendiri yang sedang
mengobrol dengan mama Abby, “ kalo yang ini, mereka punya anak yang potensial,
hubungan dua keluarga sudah terjalin sejak lama, meskipun tidak punya saham
mayoritas di grup Prapanca, tapi bisnis mereka pasti akan melebar dalam 10
tahun mendatang mengingat perusahaan yang mereka pimpin akan mengadakan
ekspansi besar- besaran ke pasar Asia..” jelas Anta.
“ jadi.. sudah memutuskan mau investasi kemana?” ucap Anta. Abby menyerah,
ia tertawa terbahak melihat Anta yang sudah begitu matang menyiapkan tangkisan
atas ucapannya tadi.
“ I don’t want to live that way..” kata Abby sambil menatap
ke dalam mata Anta.
Anta mengangguk, ia mengerti betul kehidupan macam apa yang
Abby dambakan. Tentu kehidupan yang selama ini ia miliki bersama mamanya,
“ I won’t make you live that way..” ucap Anta sambil
berjalan beriringan dengan Abby menuju orang tua mereka.
****
Dari penulis:
Syukur alhamdulilah akhirnya ini cerita selesai juga.. entah
sejak kapan akku mulai bikin cerita ini..hehe..
Dari awalnya Cuma mau empat part, eh lebar jadi lima
part..hehe..
Cerita ini terinspirasi dari kisah nyata, hanya aku engga
bisa bilang darimana nyatanya..
Pesan moral yang pengin aku sampaikan disini sih, bahwa
wanita bisa jadi semakin kuat meski dia disakiti sampai titik terendah..
Dan kesalahan yang dibuat di masa lalu tidaklah bijak untuk
dijadikan alasan tidak melanjutkan hidup..
Selain itu, kita engga pernah tau apakah seseorang pernah
menyesali perbuatannya atau engga..
Oleh karena itu alangkah baiknya bila kita bisa mengampuni
orang yang bersalah pada kita, supaya kita dan dia bisa sama- sama bisa
melanjutkan hidup masing- masing,,
Hidup ini singkat, kata orang, jadi untuk apa kita habiskan
waktu untuk membenci seseorang..:D
To a cute girl who I dedicated this story for.. fight for
your life, coz you got so many people around that loved you more than you
know.. your life might not be easy, but doesn’t mean that you can’t get through
that.. somehow you will be able.. ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar