Total Tayangan Halaman

Selasa, 12 April 2016

MOVIE REVIEW : INSIDE OUT

Udah lama pengin banget nonton film ini, dulu pas main di bioskop ga dapet restu dari nyokap buat nonton karena film animasi. Kata nyokap sayang uangnya buat nonton kartun..

Lagian kenapa gue nurut banget sama nyokap ya, duit juga duit gue.. wkwkwk..

Anyway, meski ga nonton di bioskop tapi ga menurunkan interestku dengan film dengan judul INSIDE OUT ini.



Film ini rilis  di pertengahan 2015, kayanya ini film lumayan booming di mana mana meski engga seheboh Frozen., hehe.

Setelah nonton film ini ternyata memang sesuai ekspektasi, banyak sekali nilai filosofis di film ini.. hehe.

INSIDE OUT menurut definisiku adalah sebuah film yang menceritakan tentang emosi emosi yang ada di dalam diri manusia yang dikendalikan oleh otak atau system saraf pusat.

Diceritakan dalam film ini adalah emosi yang hidup dalam diri seorang anak perempuan bernama Riley.

Pertama kali saat Riley dilahirkan, emosi yang pertama kali hadir adalah si Riang, selanjutnya aku bilang JOY.



Beberapa minggu setelah Riley lahir muncul emosi baru yaitu si sedih atau SAD.

Emosi emosi berikutnya adalah DISGUST, FEAR, dan ANGER.

Setiap emosi tersebut memiliki kontribusinya masing – masing hingga Riley menjadi Riley yang sekarang. Akan tetapi dari emosi tersebut, yang paling dominan adalah JOY.

Kelima emosi ini bermarkas di tempat yang mereka sebut sebagai HEADQUARTER. Di tempat inilah mereka mengatur semua hari Riley dari bangun sampai tidur bahkan mimpi Riley.

Di sekitar HEADQUARTER juga ada tempat tempat yang berperan membentuk karakter Riley,

Diantaranya Pulau Kperibadian yang dalam diri Riley terbagi menjadi empat Pulau besar

Pertama adalah pulau keluarga, pulau sahabat, pulau Hockey, dan pulau kejujuran. Pulau ini mengambang dan mendapat “asupan” energy dari Riley sendiri.

Setelah itu terdapat pulau ingatan ingatan atau memori.

Memori ini dibagi menjadi tiga bagian besar, yakni memori jangka panjang, memori yang sudah dilupakan dan yang terpenting adalah memori inti. Memori inti merupakan memori yang mempengaruhi tumbuh kembang Riley hingga ia besar nanti.

Memori inti terdapat di dalam HEADQUARTER dan berbentuk bola berwarna oranye yang mewakili warna riang atau JOY.

Singkat cerita Riley dan keluarganya pindah dari Minessota ke New York. Riley membayangkan rumah yang fancy tapi malah rumah tua yang didapatnya. Maklum di kota kan harga tanah apalagi rumah mahal..hehe.

DISGUST mulai beraksi saat melihat tikus mati dan berbau, sementara SAD mulai   bersedih karena merindukan Minessota.



Seperti biasa JOY lah yang bertugas membuat mood Riley lebih baik dengan membisikkan hal hal menyenangkan dari HEADQUARTER.

Hari hari berat Riley di new York dimulai saat ia sampai di sekolah barunya, biasa dia tidak punya teman di hari pertama sekolahnya.

Bahkan saat memperkenalkan diri di kelas, Riley menangis saat mengingat Minessota kampong halamannya.

Hal tersebut terjadi bukan tanpa alasan, tapi karena SAD tidak sengaja menyentuh bola memori Riley saat tinggal di Minessota sehingga membuat Riley merasakan sedih luar biasa saat membicarakan kampung halamannya.

JOY dan yang lainnya memarahi SAD dan memintanya untuk tidak menyentuh bola memori sembarangan.. SAD pun meminta maaf akan kelalaiannya.

****

Seolah tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, SAD terus terusan menyentuh bola memori Riley. Puncaknya, SAD bahkan mencoba menyentuh memori Inti Riley.

Demi mencegah ini, Joy sampe harus merebut memori inti itu dari tangan SAD.

Akibatnya mereka pun harus terhisap keluar dari HEADQUARTER. Mereka berdua terjebak di lorong memori jangka panjang yang tidak berujung. Jadilah HEADQUARTER tanpa JOY dan SAD.

FEAR, ANGER dan DISGUST tentu bingung harus berbuat apa terhadap keseharian Riley karena selama ini JOYlah yang selalu take control.

Saat ibu Riley mengajak Riley untuk ikut klub Hockey baru, Riley tidak bisa menunjukkan skill Hockey yang ia miliki dengan baik.

Di HEADQUARTER, ANGER terlihat marah dengan karena Riley tidak bisa bermain dengan baik sehingga membuat Riley akhirnya meninggalkan arena Hockey dengan penuh amarah.



Di HEADQUARTER suasana menjadi rusuh karena ulah ANGER. Akibat hal itu, pulau Hockey pun jatuh ke lembah di bawahnya.

Untuk memperbaiki moodnya, Riley menghubungi sahabatnya di Minessota.

Akan tetapi ANGER malah salah paham dengan menganggap sahabat Riley malah pamer saat Riley sedang dalam suasana hati tidak enak.

Riley pun kembali merasa marah dan memutus komunikasi dengan sahabatnya itu, dan pulau persahabatan pun runtuh.

JOY dan SAD melihat pulau pulau runtuh dan sadar bahwa mereka harus menemukan jalan cepat menuju HEADQUARTER dan memperbaiki keadaan.

****

Dalam perjalanan menuju HEADQUARTER, SAD dan JOY bertemu Bing Bong teman khayalan Riley saat masih balita.

Bing Bong mengatakan bahwa sekarang sekarang ini Riley tidak pernah lagi memanggilnya sehingga ia merasa sedih dan kesepian.

SAD pun duduk di sebelah Bing Bong dan turut merasakan kesedihannya. JOY sesuai dengan karakternya berusaha untuk stay positif dan menyemangati Bing Bong.

Akan tetapi itu semua tidak berhasil, malah SAD yang menunjukkan empatinya dengan duduk di sebelah Bing Bong yang berhasil membuat Bing Bong bisa mengungkapkan isi hatinya.

JOY heran karena SAD mempunyai kemampuan seperti itu, SAD pun mengatakan bahwa itulah dirinya. Ia bisa merasakan kesedihan orang lain, ia senang bersedih.. hehe. Namanya juga SAD :p

Sementara tanpa SAD dan JOY, kehidupan Riley menjadi kacau balau. Ia bahkan nekat ingin kabur dari rumah dan kembali ke Minessota.

Riley mencuri kartu kredit ibunya demi bisa kabur dari rumah,karena hal itu, pulau kejujuran runtuh seluruhnya dan pulau keluarga hancur seperempatnya.

Melihat pulau keluarga yang hampir hancur, kelima emosi jadi panik di tempat masing – masing.

JOY yang biasanya optimis dan dipenuhi aura positif pun dibuat galau karena ia tidak kunjung menemukan kereta yang bisa membawa mereka ke HEADQUARTER.

Saat itulah JOY melihat memori Riley yang berkilauan di memori yang terlupakan, bola memori itu menunjukkan saat Riley kecil sedih karena idola hockeynya kalah. Riley menyendiri dan dikala itulah ayah ibunya datang menghampirinya.

Ayah dan ibu Riley duduk di samping Riley dan merasakan kesedihan bersama, ayah dan ibu Riley bahkan mengundang teman teman Hockey Riley ke rumah untuk menghibur Riley.

Dari bola memori tersebut terlihat Riley berubah menjadi bahagia setelah comforted oleh ayah ibunya dan teman teman satu klubnya.

Melihat memori itu JOY sadar bahwa supaya Riley bisa bahagia, ia memerlukan SAD. Saat Riley sedih, orang tua dan teman temannya datang, dan karena itu Riley bisa kembali dikuatkan dan ceria.

JOY segera naik bersusah payah mencari SAD, JOY meyakinkan SAD bahwa Riley membutuhkan SAD agar bisa kembali lagi ke rumahnya.

SAD tidak mengerti kenapa ia dibutuhkan? Ia hanya bisa membuat Riley bersedih dan beranggapan sebaiknya Riley melupakan saja dirinya.

JOY bersusah payah meyakinkan SAD dan membawa mereka berdua kembali ke HEADQUARTER.

FEAR, ANGER dan DISGUST senang melihat JOY dan SAD kembali.

Di dunia nyata, Riley berada di atas bus siap kembali ke Minesssota. Sementara ayah dan ibunya mencari cari Riley kebingungan.

“ JOY lakukan sesuatu!” kata ketiga emosi lain.

JOY tersebut dan memandang SAD, “ lakukanlah tugasmu SAD..”

 “ SAD? Kau serius? Kenapa dia? “

JOY tidak menjawab dan meyakinkan SAD bahwa hanya SAD yang bisa mengembalikan Riley kepada kehidupannya yang baik.



Degan mengejutkan, JOY mengijinkan SAD menyentuh memori inti Riley.

Saat itu juga, bola yang tadinya berwarna orange di semua bagian menjadi memiliki warna biru di bagian kecilnya karena disentuh oleh SAD.

Dampaknya, Riley menjadi mendadak sedih mengingat teman yang sudah ditinggalkannya, ia sedih dan menyesal kenapa ia meninggalkan Hockey yang begitu disukainya.

Ia sedih sampai hatinya ia mencuri kartu kredit ibunya, dan tentunya ia bersedih mengingat kenangan bersama ayah ibunya di Minessota dulu.

Ia menyadari, bahwa ia lebih menyayangi hal hal itu ketimbang Minessota. Tepat sebelum bis beangkat, Riley turun dan berlari kembali ke rumahnya.

Sampai dirumah, kedua orang tua Riley sibuk menelpon polisi melaporkan hilangnya Riley. Saat Riley muncul dari balik pintu, ayah dan ibu Riley memeluk Riley dengn erat.

“ aku hanya ingin ke Minessota, aku merindukan Minessota. Aku mohon maafkan aku..”

Ayah dan ibunya nyatanya tidak marah, mereka mengerti betul apa yang Riley rasakan. Di tengah tangisannya, Riley tersenyum karena bisa kembali berkumpul bersama ayah dan ibunya.

Setelah rekonsiliasi itu HEADQUARTER menjadi stabil, bahkan kini JOY bukan menjadi emosi yang dominan lagi. Dalam satu bola memori terbagi menjadi beberapa warna yang berbeda yang menggambarkan diri Riley yang banyak merasakan emosi dalam satu peristiwa.

****

Dari film ini, aku diingatkan akan banyak hal.

Pertama, dalam hidup we cannot always be happy. In order to find real happiness, you need to taste sadness.

Kalau kita hanya tau bahagia, we will become clueless, seperti JOY yang tidak tau gimana caranya comfort orang.

Emosi yang seimbang sangat penting kita miliki agar kita bisa menjadi orang yang lebih baik semakin bertambahnya umur kita.

Kedua, keluarga adalah pulau terkokoh dalam kehidupan kita. That’s for real. Sahabat, dan hobi bisa mudahnya pudar dalam perjalanan hidup kita.

Tapi keluarga adalah pihak yang paling kokoh bertahan menghadapi kerasnya gempuran tantangan yang kita hadapi sebagai pribadi yang sedang mencari jati diri. Jadi mari kita hargai peran keluarga kita selama ini :D

Ada yang punya kesimpulan lain?

Silahkan nonton filmnya yahh :D
****




Tidak ada komentar:

Posting Komentar